Belajar Lebih Banyak Mendengar



Jadi Psikolog itu ga harus bisa baca pikiran orang, emangnya kita cenayang?
Jadi Psikolog harus bisa baca tulisan orang? Emang kita ga ada kerjaan lain selain bacain tulisan orang?
Jadi Psikolog harus bisa baca kepribadian orang. Nah, ini agak bener.
Sejujurnya, di jurusan Psikologi di manapun anda berada, mana ada sih diajarin mata kuliah membaca pikiran orang? Ga ada.
Tapi kenapa orang-orang awam pahamnya psikologi untuk itu?
Kami di psikologi, bukan belajar untuk membaca pikiran orang. Lebih tepatnya, kami belajar untuk mendengarkan dan mengamati. Mendengarkan apa yang ada di sekitar, mengamati apa yang terjadi. Dari sanalah, kepekaan mengenai berbagai macam kejadian terkumpul dalam memori, dan ketika di suatu waktu ada situasi yang mirip, kami bisa menduga apa yang akan terjadi. It’s just about exercise. Kami latihan untuk mengamati, mendengar, dan merasakan. Bukannya membaca pikiran...
Kami dituntut untuk lebih banyak mendengar daripada didengarkan, karena mendengar merupakan bentuk kasih sayang alami yang bisa ditujukan pada semua orang. Dengan mendengarkan, orang akan merasa dihargai, dari sanalah muncul perasaan percaya, dan percaya inilah yang menjadi kunci dalam setiap sesi konsultasi psikologi.
Lantas, untuk para Psikolog, siapa yang mau mendengar? Ya siapa lagi kalo bukan Tuhan. Itu tentu saja...tapi tugas orang-orang terdekat seperti suami/istri, anak, orang tua menjadi tempat cerita. Karena sesungguhnya setiap manusia punya kebutuhan untuk didengarkan.
Hargailah setiap perkataan orang, meskipun kadang itu pahit. Tidak perlu dimasukkan ke hati jika memang itu menyakitkan, anggap saja sebagai pelajaran.

Komentar