Mahalnya Sehat di Kala Lebaran

     Kesempatan mudik di kala Lebaran memang momen yang paling ditunggu. Bertemu sanak keluarga yang jauh, melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Merajut tali silaturahmi meskipun hanya setahun sekali. Begitu juga dengan keluarga saya yang setiap tahunnya selalu mudik ke desa asal Ibu saya, yaitu Kabupaten Tuban. Kami berangkat pada hari kedua Lebaran jam 6.30. Perjalanan mudik kali ini lumayan lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena macetnya mengular dari daerah Babat sampai masuk Bojonegoro. Entahlah penyebabnya apa, tapi sepertinya berawal Pasar Babat inilah kemacetan dimulai. Setelah sejam berjibaku dengan kemcetan, akhirnya lancar di daerah Kapas sampai memasuki Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, perbatasan antara Bojonegoro dan Tuban.
     Kami sampai di desa tercinta jam 12.00, pas waktu Jum'atan. Keluarga besar sudah menanti, mulai dari Bude pertama, kedua, tante, om, dan sepupu-sepupu yang semuanya cowok-cowok ini. Ditambah ada satu anggota keluarga baru, anak dari Om Ikhsan dan Tante Asmah yang barusan lahir tanggal 4 Agustus lalu, semakin ramailah rumah Mbah Kung dan Mbah Putri ini. Keponakan-keponakan kecil ini terdiri dari Haqi, Kiki, Hanif, Fahri, Ian, dan si kecil Asqhor. Mereka ini punya energi berlebih, mungkin karena cowok kali ya? Jadi mainannya play station dan smackdown melulu, sampai kewalahan saya dibuatnya.
     Prosesi sungkeman dengan Mbah Putri dan Mbah Kung menjadi hal pertama yang dilakukan. Mbah Putri dan Mbah Kung yang sekarang pendengarannya sudah kurang sensitif lagi ini kadang menjadi bahan guyonan sama anak-anak dan cucu-cucunya. Sebenarnya itu nggak etis sih, tapi kadangkala mereka melontarkan kata-kata lucu karena nggak bisa dengar secara jelas, jadi kita ketawa dibuatnya. Siang hingga malam pun kami habiskan untuk mengobrol antara saudara dengan melepas rindu, bercerita tentang kehidupan masing-masing, sedangkan sepupu-sepupu cowok itu asyik main PS sesekali saya ganggu. 
     Malam harinya, karena kamar di rumah cuma 4 sedangkan penghuninya ada 15 orang, akhirnya kami yang kecil-kecil ini tidur di ruang tengah, depan TV. Sedangkan saya dan Tita, mengungsi ke rumah Bude pertama yang jaraknya dekat dari rumah Mbah. Kami tidur di sana setelah nonton film hantu yang membuat kami mimpi buruk. Jam 04.15 pagi, Bude membangunkan kami saat adzan subuh berkumandang, dan Bude memberitahu kami semua kalau Mbah Kung semalam jatuh dari kamar mandi, dan muntah darah, sekarang beliau ada di Rumah Sakit. Lho? Alhasil kami segera mandi dan pergi ke rumah Mbah, ternyata Ibu menunggui Mbah Kung semalaman di rumah sakit di Bojonegoro sana. Bapak mengajak kami menjenguk Mbah Kung sekalian menjemput Ibu untuk selanjutnya pulang ke Surabaya karena besok masih ada acara Halal Bihalal dengan keluarga di Surabaya, cepet banget ya mudiknya? 
      Kami berangkat bersama Bude Mudah (Bude pertama) dan Bude Pah (Bude kedua), Tita, saya, dan Bapak. Sesampainya di RS Ibnu Sina Bojonegoro, kami menuju ke kamar C7 yang ada di lantai 3. Mbah Kung terlihat lemah dan tidak berdaya dengan infus di tangan kirinya. Setelah diagnosa semalam, ternyata liver Mbah Kung bermasalah, makanya bisa sampai muntah darha gitu, ditambah lagi lambungnya kena maag. Beliau kekurangan banyak cairan darah, sedangkan di RS saat itu tidak ada cadangan darah O. Kami semua nggak ada yang tahu golongan darah Mbah Kung apa. Ibu dan Om Ikhsan segera meminta sampel darah Mbah Kung dan pergi ke PMI untuk mengecek darah dan membeli beberapa kantong darah untuk Mbah Kung. Setelah itu, 2 kantong darah segera ditransfusikan ke badan Mbah Kung, dan Mbah Kung kembali terlihat sehat dan mulai bisa cerita-cerita lagi meskipun belum boleh keluar dari RS. Dokter penyakit dalam di masa Lebaran gini susah banget dicarinya, hanya ada satu Dokter spesialis penyakit dalam yang standby saat itu di Bojonegoro yaitu dr. David yang memang tidak merayakan Lebaran. Sedangkan dokter spesialis penyakit dalam yang biasanya langganan mbah Kung masih mudik Lebaran. 
        Kami sekeluarga sempat dibikin panik karena hal ini, tapi Alhamdulillah Allah masih memberi jalan untuk Mbah Kung tetap sehat dan masih bisa bercanda tawa dengan seluruh keluarga besar meskipun dengan kondisi di RS. Idul Fitri dengan suasana yang sedikit 'berbeda' ini menjadikan kami lebih bersyukur dengan segala hal dan kenikmatan yang Allah berikan kepada kami. Kesehatan itu tidak ternilai harganya, jadi ingat dengan pepatah "Kesehatan itu Segala-galanya", memang benar adanya. Kalau fisik tidak sehat, untuk apa-apa pun menjadi susah dan tidak bisa menikmati apa yang ada, Mbah Kung ini buktinya.
           Lebaran tahun ini merupakan momen yang 'unforgettable' bagi keluarga kami. Harapannya hanya satu, kami sekeluarga masih diberi nikmat kesehatan sehingga bisa merasakan kebersamaan dengan keluarga dengan maksimal. 

Tulisan saya kali ini, saya ikutkan di kompetisi menulis blog tentang Idul Fitri yang tidak terlupakan di http://www.burufly.com 
Vote saya ya teman-teman biar jadi salah satu pemenangnya! Danke schoon. 


Komentar