Dag Dig Dug

Judul di atas menunjukkan jantung yang lebih cepat dari biasanya. Beberapa orang pasti pernah merasakannya, ketika menghadapi sesuatu yang membuat dirinya merasa 'terancam'. Mengapa terancam? Karena menurut penelitian, emosi mausia yang paling primitif adalah emosi takut. Emosi takut inilah yang menjadi sumber dari segala emosi. Emosi senang, ternyata bukan emosi dasar manusia yang selama ini saya ketahui dari mata kuliah psikologi umum.
Menurut Panksepp (2012), seorang pioneer dalam bidang affective neuroscience, daerah subcortical otak mamalia memiliki tujuh emosi dasar, yaitu SEEKING (ekspektansi), FEAR (kecemasan), RAGE (kemarahan), LUST (seksualitas), CARE (pengasuhan), PANIC/GRIEF (kesedihan), dan PLAY (sosialisasi). Emosi dasar ini dipelajari melalui pengamatan tidak hanya pada amygdala, hippocampus, namun juga “titik” lain yang posisinya lebih bawah, yaitu periaqueductal gray (PAG) yang selama ini tidak terlalu banyak dibahas fungsinya.Pada tingkat proses primer, emosi dasar tertanam secara mendalam di dalam otak dimana tidak perlu proses belajar untuk mengaktifkannya. Pengamatan terhadap munculnya FEAR pada hewan menunjukkan bahwa dengan memberikan stimulus tertentu agar muncul ketakutan, hewan yang sebelumnya tidak mengenal stimulus tersebut akan lari ketakutan. Kapasitas subjek untuk mengalami rasa takut dan emosi dasar lainnya pada dasarnya independen terhadap pengalaman lingkungan. Pengalaman afeksi pada awalnya bersifat objectless, setelah melalui proses belajar, objek ketakutan kemudian berkembang.

Beberapa emosi dasar lainnya, seperti CARE, LUST, dan PLAY tidak terekspresi segera setelah lahir. Emosi dasar tersebut muncul setelah ekspresi emosi SEEKING, RAGE, dan FEAR. Sedangkan emosi yang berupa PANIC/GRIEF lebih bervariasi antar spesies.
Ini penjelasan yang saya dapatkan dari seorang teman yang ikut kuliah singkat dengan Dr Wahyu Wicaksono akhir bulan kemarin.

Lantas, bagaimana kita bisa mengelola emosi tersebut menjadi emosi yang menimbulkan perasaan positif? Seperti perasaan takut ketika akan menghadapi ujian, menghadapi pengumuman ujian, atau menjelang hari pernikahan (loh?). Tenang saja...jangan panik...(kalo katanya Bapak) karena hal yang kita takutkan tersebut sebenarnya masih ada di dalam pikiran kita. Kecemasan yang sifatnya neurotik, masih ada di pikiran kita, dan belum terjadi. Benamkan diri dengan pikiran indah yang bisa membawa diri kita merasa tenang dan tidak terancam. Lagipula ketakutan tersebut tidak akan benar-benar 'membunuh' kita kok. Keep calm and Stay Cool.

Tulisan ini saya tulis karena besok adek saya, si Tita akan pengumuman SNMPTN, semoga hasil terbaik yang terjadi ya Allah. 

Btw, kemarin hari Minggu, 25 Mei 2014 temen Kampus saya, Adirsti Dyah baru saja menikah dengan suaminya yang pemain bola Arema FC, Hendro Siswanto. Kami teman-temannya datang ke nikahannya di Balai Prajurit, Surabaya. Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah ya Adis dan Hendro. 

 Foto di photo booth dengan bakground Arema, manis ya :)
dari kiri Fiqih, Putu 'Nenek', Pandu, saya, Bang Nusa

Heboh dengan sang pengantin bersama Psikologi 2009

Komentar