Merapi, antara keindahan dan misteri

Libur telah tiba, waktunya menyusun rencana apa yang bisa dilakukan selama liburan untuk meningkatkan wellbeing menjadi 100%. Agenda pertama yaitu pergi dengan Ibu saya bersama rombongan Kampusnya yang datang ke Jogja untuk studi banding. Sebelum studi banding, mereka ingin jalan-jalan di Jogja. Katanya sih mau ke pantai, tapi bosen dengan pantai Parangtritis. Kemudian Ibu saya ngusulin buat ke pantai yang ada di Gunung Kidul, karena bagus-bagus dan banyak banget. Tapi kekurangannya ya jauh, perjalanannya sendiri sekitar 2-2,5 jam untuk bisa kesana. Opsi lainnya yaitu ke Kaliurang, menelusuri bekas letusan Merapi.

Sabtu malam tanggal 10 Januari 2015 rombongan datang, saya pun disuruh ke Hotel yang letaknya di Jl. Dagen, sekitaran Malioboro situ. Kemudian diajak makan bareng, belanja di Mirota batik dan sekalian nginep di hotel, kan lumayan daripada di Kosan. Alhamdulillah juga saya udah libur jadi tentu saja bisa menikmati ini semua dengan riang tanpa kepikiran tugas. Beda sama Tita yang masih ada jadwal ujian minggu depan.

Besoknya kan hari Minggu, 11 Januari bertemu...menjalani kisah cinta ini... lah ini kan lagunya Gigi – 11 Januari. Bertepatan sama tanggal ini, para rombongan yang naik satu bus kecil ini akhirnya memutuskan untuk ke Kaliurang. Saya diminta buat ikut ke “atas”, ini sebutan orang Jogja untuk daerah Kaliurang karena memang letaknya menuju ke atas gunung Merapi. Penyebabnya karena di dalam satu Bis ga ada satu pun yang mengerti jalan kesana, termasuk Pak Sopirnya yang ternyata adalah salah satu staf di kampus. Mereka berangkat ke sini tanpa Tour Guide, karena memang tujuan utamanya studi banding sih, bukan tour. Tapi selagi di Jogja ya sekalian wae katanya. Jadi saya bingung sebenernya tujuan utama mereka studi banding atau jalan-jalan? Ya udah lah nggak usah dipikirin, yang penting hari ini jalan-jalan.

Setelah pulangin Tita ke Kosan karena dia mau belajar buat ujian besoknya, jadi ga mau ikut. Saya ikut bersama rombongan, nunjukin jalan dari Malioboro ke Kaliurang sekaligus nerangin beberapa tempat yang kita lewatin selama di perjalanan. Kalo ini sih ceritanya jadi tour guide dadakan. Mana beliau-beliau ini banyak banget nanyanya.

“Mbak...kalo UII kan ada di sini ya... lho itu mbak, kok katanya ada di Kaliurang juga?”
“Mbak itu Mirota? Bukannya Mirota Cuma ada di Malioboro aja?”
“Mbak kalo yang jual silver nanti lewat nggak?”
“Mbak, rujak es krim kok nggak ada di Malioboro?”
“Mbak Gudeg Yu Djum bukanya sampe jam berapa?”
“Mbak nanti boleh masuk UGM?”
“Mbak kalo kita kesana wedhus gembelnya masih ada?”
“Mbak Ayun, mbak udah punya pacar belum?”

Oke, abaikan pertanyaan terakhir. Itu pertanyaan dari salah seorang Dosen yang super excited banget nanya-nanya. Beliau ini Dosen perempuan yang paling bikin heboh di Bis karena orangnya emang asik, rame banget, hobi belanja sampe satu Bis penuh sama belanjaan beliau. Daebak....

Saya nemenin Pak Sopir ada di depan sambil nunjukin arah. Naik terus sampe Kaliurang km 20-an, eh sempet salah belok gara-gara ga konsen. Tapi akhirnya bisa balik lagi. Tujuan utama kami adalah ke Museum Gunung Merapi yang ada di Sleman. Padahal saya sendiri belum pernah kesana, tapi cukup tau jalannya. Kami sampai setelah sekitar 45 menit perjalanan. Pas lagi di depan bangunannya yang megah, saya bener-bener jadi tour guide, yang bagian fotoin mereka, nunjukin arah, ngejelasin beberapa hal yang sebenernya saya nggak ngerti-ngerti amat. Ya gak papa lah, kayanya bakat terpendam jadi tour guide masih ada nih.

Tiket masuknya Rp. 3000,- kalo mau sekalian nonton film tentang Gunung Merapi nambah Rp. 5000,- jadi totalnya Rp 8.000,-. Murah banget kan? Kemudian kami masuk, disambut oleh miniatur Gunung Merapi dan daerah sekitarnya. Saya sempat foto sama sebagian dari beliau-beliau.


Kemudian kami langsung menuju bioskop mini, mau nonton film. Entahlah, ini perasaan saya atau orang lain juga berpikiran sama. Rombongan ini sangat heboh dan narsis. Masa di dalam bioskop masih aja minta difotoin, sampe satu studio pada ngeliat ke arah kami. Subhanallah banget emang orang Surabaya nih.

Nunggu sekitar 15 menit kemudian film dimulai. Penjelasan tentang riwayat Merapi dari tahun 1900-an sampe akhirnya tahun 2010 meletus kembali. Itu semua sudah diprediksikan oleh Badan Energi dan Sumber Daya Alam bagian Geologi. Ada adegan prosesnya para petugas Geologi memeriksa hingga membuat status peningkatan keaktifan gunung. Keren banget kerjanya mereka. Setelah peningkatan kewaspadaan, beneran kejadian letusan gunung Merapi beberapa jam kemudian. Semua warga diberi peringatan kemudian dievakuasi terutama yang ada di daerah Sleman. Gunung Merapi ini berada di Kabupaten Sleman, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Magelang. Diramalkan oleh ahli geologi bahwa letusan ini akan memuntahkan lava ke arah Kabupaten Sleman. Jadi seluruh warga hingga radius 5 km harus steril.

Saya merinding waktu lihat filmnya yang memperlihatkan bagaimana suasana paniknya pada saat itu. Awan ‘Wedhus Gembel’ yang berwarna abu-abu pekat membuat suasana mencekam. Semua orang berlarian. Hewan peliharaan dibawa lari oleh pemilik masing-masing. Anak-anak menangis di gendongan Ibunya. Para lansia berusaha berlari dengan langkah tertatih. Kemudian awan panas itu membakar rumah dan semuanya menjadi habis, hangus, hanya tersisa serpihan dan abu yang bersisa kenangan. Masya Allah.... keindahan yang ada sekejap berubah menjadi kesedihan.

Beberapa waktu kemudian BASARNAS mengevakuasi para korban. Para korban yaitu manusia dan hewan-hewan dalam keadaan meninggal dan tidak bisa diidentifikasi karena terkena panasnya awan tersebut. Awan yang panasnya 550 derajat celcius itu mengubah Desa menjadi daerah mati dan tidak ada yang bisa diselamatkan. Untungnya korban tidak sampai ratusan, yaitu belasan orang termasuk juru kunci Gunung Merapi dari dusun Kinahrejo yang sangat legendaris yaitu mbah Marijan. Beliau ditemukan di rumahnya meninggal dalam posisi sujud. Meskipun dari wajahnya tidak dapat dikenali, tapi pakaian yang dikenakan dan bisa diidentifikasi, dapat dipastikan beliau adalah Mbah Marijan. Innalillahiwainna ilaihi roji’un... Masya Allah benar-benar dahsyat bencana dari Allah. Seluruh Desa tertutup oleh abu setebal 15 cm menyelimuti.

Setelah proses evakuasi dipastikan selesai. Banyak bantuan datang kepada para korban. Baik dari Pemerintah maupun dari swasta dan perorangan yang memiliki kepedulian terhadap saudara-saudara di Merapi. Selama berminggu-minggu mereka tinggal di tempat darurat seperti Sekolah, Puskesmas, lapangan, dan daerah yang lapang lainnya. Kejadian itu begitu mengagetkan bagi Indonesia di penghujung tahun 2010.

Perbaikan demi perbaikan mulai nampak. Ada hunian sementara hingga hunian tetap bagi para korban Merapi yang kehilangan tempat tinggalnya. Daerah mereka yang dulunya subur untuk bercocok tanam, sekarang dari lava yang mendingin bisa ditambang batunya kemudian dijual. Ada sisi positif di balik sebuah bencana.

Kemudian film selesai, dan kami bener-bener puas dengan film berdurasi 35 menit ini. Sehabis nonton film, kami turun ke bawah melihat sisa-sisa barang yang terkena awan panas. Alat makan, alat dapur, bahkan sepeda motor hanya tersisa bekas rangkanya karena saking panasnya. Subhanallah....
Ada cerita yang cukup dipercaya oleh penduduk Merapi, yaitu tentang Nyai Gadung Mlati. Seperti halnya di kawasan pantai Selatan ada Nyi Roro Kidul, di gunung Merapi ini juga ada penguasanya, yaitu Nyai Gadung Mlati. Konon katanya jika Merapi akan meletus, beberapa warga saat tidur akan mimpi didatangi oleh beliau, yang berbaju hijau dan berhiaskan bunga melati. 

Setelah dari Museum, mau kemana lagi nih? Ada wisata lainnya yaitu tour menggunakan jeep untuk berkeliling gunung Merapi. Jeep-nya ini bisa disewa dengan tarif Rp 400.000-500.000 sekali jalan. Bisa untuk sekitar 4-8 orang, jadi tinggal dibagi aja. Kami pun sepakat naik dengan tarif segitu yang katanya membawa kami sekitar 2 jam berkeliling daerah Merapi wilayah Sleman.

Dengan jeep yang terbuka kami diajak naik ke dusun Petung, Cangkringan, Sleman melihat sebuah Museum yang merupakan bekas rumah warga yang terkena wedhus gembel. Jalannya yang rusak dan bergeronjalan membuat kami digoyang goyang dan agak pusing, yang ga tahan mungkin bisa mabuk. Tapi kami semua ga sampe segitunya. Setelah nyampe di Museum Merapi Sisa hartaku itu, kami disambut oleh penjual souvenir seperti kaos, minuman kopi, bunga edelweis, dan foto-foto unik saat kejadian Merapi. Seperti ada penampakan awan berbentuk Mbah Petruk, mirip wajah manusia, ada awan berbentuk jembatan, dan banyak lagi foto unik lain. Subhanallah....Maha Suci Allah yang membuat sedemikian rupa.

Masuk ke bagian rumah kami disambut oleh kerangka sapi yang istilahnya gosong terkena awan panas, ada juga motor yang tinggal kerangka. Ada jam dinding yang terhenti yang menunjukkan waktu terjadinya letusan Merapi pada 26 Oktober 2010 - 5 November 2010. Kami masuk ke kamar-kamarnya yang sudah berdinding hitam karena gosong saking panasnya. Berbagai benda seperti gelas, piring, baju, TV, radio, gamelan, hingga masih ada jadwal pelajaran yang terbakar masih ada di tempat aslinya. Ada sebuah hal yang membuat kami tidak berhenti mengucapkan kata tasbih adalah sebuah Al-Qur’an masih utuh dan tidak terbakar. Pada Al-Qur’an itu ditunjukkan halaman dari surat As-Shaf dimulai dari ayat 10, yang berbunyi:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (٥)
5. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku[7], padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?"[8] Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran)[9], Allah memalingkan hati mereka[10]. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik




Menurut orang-orang yang berkunjung kesana, ayat ini memberikan arti tersendiri terhadap kejadian letusan Merapi. Saya juga yakin itu, tapi saya belum berani menafsirkan macam-macam, karena saya bukan ahli tafsir Qur’an.

barang-barang sisa harta yang masih bisa dilihat tapi tidak bisa digunakan

Setelah dari Museum tersebut, kami kembali diajak untuk naik ke atas lagi, ke Dusun terakhir sebelum Puncak Merapi. Kami diguncang-guncang oleh kondisi jalan yang rusak berat dan memang tidak diperbaiki. Di jalan kami bertemu banyak Jeep lain yang baru saja kembali dari atas. Kami melewati sungai-sungai bekas aliran lava dingin yang digali lagi agar lebih lebar karena persiapan jika nantinya akan meletus lagi. Lebaaaar bangeeeet... dan dalem. Kami terus naik ke atas melihat pemandangan menakjubkan dari gunung Merapi. Mata serasa dimanjakan oleh pemandangan indah gunung berwarna hijau dan suhu yang sejuk. Namun tetep aja namanya gunung berapi pasti banyak abu dimana-mana yang beterbangan, jadi haru siap untuk pakai masker. Kami pun sampai juga di tempat yang dituju, yaitu Bunker dan view yang paling  bagus buat foto, kata mas sopir Jeep sih gitu.  Letaknya sekitar 3-4 km dair Puncak Merapi. Bunker ini terletak di Kaliadem yang dulunya sebagai tempat wisata, bermanfaat untuk tempat perlindungan pada saat terjadi lava panas turun dari gunung. Bunker ini mempunyai 2 lapis pintu dari baja. Luasnya kira-kira sekitar 10 x 5 meter, nggak besar banget. Tapi waktu saya masuk ke sana, serasa merinding, aura mistisnya kental banget. Kan berasa tuh tempat yang pernah ada kejadian mistis sama yang belum pernah. Masuk sana udah dingin, gelap dan pengap. Terdiri dari 3 ruang yaitu ruang utama berupa aula besar, kamar mandi dan dapur. Dapur ini sekaligus sebagai tempat persediaan oksigen. Pada tahun 2006 saat lava panas Merapi turun, 2 relawan meninggal di tempat tersebut karena saking panasnya. Mereka baru bisa dievakuasi 24 jam kemudian karena tertutup oleh lahar yang suhunya masih panas. Cerita yang pilu tersebut membuat saya kembali mempertanyakan, apa yang membuat manusia begitu sombongnya? Masya Allah...rasanya nggak pantes seseorang sombong karena semua akan kembali kepada Allah.

Perjalanan kembali ke Museum Merapi lebih cepat, karena langit sudah menunjukkan mendung, kami harus segera kembali karena daripada kehujanan di jalan. Sebenernya kalo cuaca bagus, kami masih bisa diajak buat ke bekas rumah Mbah Marijan, butuh waktu sekitar 30 menit lagi dengan naik ojek ke bekas rumah beliau. Tapi keadaan yang kurang memungkinkan. Memang waktu yang paling tepat adalah pagi hari untuk berkunjung kesini, nggak terlalu panas dan nggak keburu hujan.

Merapi, menyimpan keindahan yang sangat luar biasa. Namun juga di balik itu semua, Merapi tak pernah mengingkari janjinya untuk mengeluarkan apa yang dikandungnya. Keseimbangan antara manusia dan alam harus berjalan selaras, serasi dan seimbang. Allah pun telah memerintahkan hal tersebut. Kami, manusia, hanya bisa berusaha untuk menjadi manusia yang bisa menjaga alam. Tadabbur alam kali ini benar-benar sangat mengena di hati. 

Karena sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Hud ayat 61:

هُوَأَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا

Artinya: “Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian memakmurkannya (mengurusnya)”.


foto bersama Ibu dengan background gunung Merapi dan sekitarnya

Komentar