Setiap
daerah memiliki adat istiadat dan budaya terkait dengan acara-acara besarnya,
misalnya pernikahan. Belum lama ini, ada seorang teman di kelas yang mengadakan
acara resepsi pernikahannya, di Solo. Memang dia ini asli Solo, dan pasangannya
pun orang Solo juga. Jadilah mereka menggunakan budaya Solo.
Resepsi
dilaksanakan di sebuah gedung bernama Gedung Mawar. Saya dan beberapa teman
lain yang datang awalnya bingung waktu datang kok masih belum banyak yang
datang? Kami pun seperti biasa menulis di buku tamu, mendapat souvenir dan
bersalaman dengan para among tamu yang berjajar di pintu masuk. Ada seorang
pamong tamu yang mengatakan kepada kami, “Mangke gantian nggih?” saya jawab
aja, “injih....” padahal nggak tau maksudnya apa.
Sengaja
memilih tempat duduk agak depan dekat pelaminan supaya lebih jelas melihat
mempelai berdua itu. Bentuk ruangannya memanjang, dengan jalan utama menuju
pelaminan. Di samping-sampingnya ada kursi berjejer yang di setiap 10 kursi
diletakkan sebuah meja kotak. Untuk apa nih meja? Saya juga bingung...
Ternyata
sesaat sebelum acara dimulai, para mas-mas yang mengenakan seragam catering
dengan jarik batik selutut itu menaruh gelas di meja tersebut, kemudian
menuangkan teh ke dalamnya. Olala....berasa lihat atraksi dong... kemudian
pengantin perempuan naik ke pelaminan, tadinya ia ada di balik pelaminan
tersebut, udah dari tadi. Ada ceramah-ceramah dengan bahasa Jawa krama inggil,
dan datanglah mempelai laki-laki. Makanan pembuka kami pun datang....
entah apa namanya, yang jelas ini enak
Setelah
dijemput oleh mempelai perempuan, mereka berdua dipertemukan dan diarak menuju
pelaminan dengan diikuti oleh keluarga inti dari masing-masing keluarga. Wuiih rame
banget, karena saudara dari teman saya yang jadi mempelai perempuan ini ada 9
saudara beserta pasangan dan anak-anaknya. Setelah itu mereka berfoto-foto,
kami diberi makanan kedua semacam telur yang dibentuk bunga di dalamnya isinya
daging ayam.
ini juga enak
Sembari
menunggu mereka berfoto dan mendengarkan ceramah yang berisi tentang kehidupan
pernikahan, adabnya setelah menikah, dll kami diberi makanan ketiga yaitu
makanan inti.
makanan inti yang porsinya pas, enak juga nih.
Dan
belum habis makanan inti kami, sudah diberi lagi makanan penutup alias dessert
yaitu agar-agar dan es krim yang rasanya yummy. Ternyata begitu toh proses
pernikahan di Solo, saya baru “ngeh” kalo sistem pemberian hidangannya ini
namanya “piring terbang”, bukan “prasmanan”, karena piringnya diterbangkan oleh
mas-mas katering ke tempat para tamu satu per satu. Tentunya membutuhkan jumlah
banyak orang ya... tapi memang enaknya tamu tidak perlu jalan-jalan dan repot
mengambil makanan sendiri, apalagi untuk yang sudah sepuh. Kalau masih muda sih
ga masalah mau jalan-jalan kan... Kemudian kok pengantinnya keluar ke pintu? Ternyata maksudnya ialah mengantarkan tamu, baru deh para tamu yang selesai makan bisa bersalaman dengan pengantin.
Eh tapi kok nggak ada sesi fotonya ya? Ternyata sesi fotonya adalah sesi di luar acara, yaitu kita harus nunggu pengantin kembali ke pelaminan baru deh kita ajak foto. Agak lucu sih urutannya...baru tahu.
Selamat
atas pernikahannya mbak Bibah dan Mas Faris....
ini foto udah di luar gedung karena foto di dalam gedung
bersama pengantinnya ga ada di hape salah satu dari kita
Anyway,
saya juga turut mengucapkan selamat berbahagia untuk anak Presiden Jokowi yaitu
mas Gibran dan mbak Selfi. Semoga menjadi pasangan yang sakinah mawaddah
warahmah dan langgeng selamanya. Aamiin ya robbal alamin...
Komentar