Melanjutkan postingan sebelumnya nih...
Waktu turun ini,
kami ga sempat sarapan kan, Cuma makan pisang goreng, kentang, dan roti yang
dijual di warung-warung pinggir sini. Perut lumayan laper juga nih, akhirnya
Bapak, Ibu dan saya mampir di warung buat beli tahu. Ehh...rombongan kami
kepisah lagi, kali ini Tita, mbak Intan dan mbak Lia udah jalan duluan ke
hardtop. Akhirnya kami yang mampir di warung pun ke hardtop ber-3, tapi kok
mereka belum nyampe? Padahal kan mereka duluan yang turun? Alhasil, kami pun
menunggu-menunggu dan menunggu, sampai Bapak dan pak Sopir hardtopnya ikut
nyariin 3 orang ini kembali ke atas, 20
menit kemudian mereka akhirnya ketemu, naik ojek sampe ke hardtop.
Destinasi selanjutnya adalah savana
alias bukit teletubbies. Cannot wait! Di gambar yangs aya searching sih bagus
bangeeet. Perjalanan ke sana lumayan lama, 30 menitan dengan jalan
berkelok-kelok dan melewati lautan pasir yang sangaaaaaaaaat luas. Di tengah
jalan, kami mampir buat foto-foto, aaaakk..keliatan lautan pasir, gunung Batok
sama gunung-gunung sekitarnya jelas banget. Subhanallah...bagus banget, tiada
duanya deh pokoknya.
Di tengah perjalanan ke padang
savana, saya ketiduran, habisnya ngantuk banget kalau kena sinar matahari, haha
aneh ya. Akhirnya kita sampaii... wuihh beneran bagus banget bukit-bukitnya
warnanya hijau dan kuning, dengan dikelilingi bukit-bukit lain. pokoknya keren
bangeeet! Ada yang sape mendaki ke atas bukit lho buat foto-foto, tapi kami ga
sampe, cuma di bawah bukit itu. Cuacanya lumayan panas ya disini...setelah
puas, akhirnya kami menuju destinasi berikutnya yaitu Pasir Berbisik.
Hihi..namanya lucu-lucu yah.. ada souvenir yang ditawarkan disini, yaitu kaos
dengan tulisan Bromo, harganya Rp. 100.000 dapet 5 kaos dengan ukuran yang bisa
kita pilih sesuka hati.
Pasir berbisik ini kata pak Sopir
yang namanya pak Singgih ini, biasa dibuat lokasi syuting film. Salah satunya
yaitu Rayya Cahaya di atas Cahaya; Eat, Pray, Love; Tendangan dari Langit;
Pasir Berbisik (kalo ga salah), dan banyak lagi. Subhanallah keren banget
disini, gundukan-gundukan pasir dengan warna hitam keabu-abuan ini membentuk
harmoni yang indah. Bisa ya berbentuk kaya gitu? Siapa yang menata? Ya Allah
SWT, sang Maha segala-galanya dengan segala keagungannya. Wisata ini memang
tujuannya begitu, tadabbur alam, mengagumi
ciptaan Tuhan, alam beserta seisinya. Pasir berbisik ini kalau waktunya
musim kemarau, udah betrbangan ke sana kemari, berhubung kali ini adalah musim
hujan jadi pasir yang beterbangan itu sekarang padet dan bisa dibuat perusutan,
hehe..
Nah, setelah dari pasir berbisik,
kami ke tujuan terakhir dan inti yaituuu gunung Bromo! Finally, touchdown
Bromo. Alhamdulillah bisa ngerasain dinginnya Bromo. Tapi, ternyata ga sedingin
itu gays, masa ya waktu kita kesana itu matahari sedang bersinar
terik-teriknya, ditambah kebelet p*pis ehh ga penting ya yang ini. Tapi
seriusan ya...masa toilet deket parkiran Bromo cuma ada 1, dan sangat kotor,
mana ga ada air..akhirnya ditahan deh. Akhirnya saya dan Tita ke toilet yang
agak deketan sama Bromo, dan untungnya ada air.
Hanya saya, Tita, Ibu dan Bapak yang
ke Puncak Bromo, karena mbak Lia dan mbak Intan ga mau. Mana waktu itu si Tita
sakit ya, badannya udah lemes lunglai dengan muka pucat pasi, tapi setelah
sarapan di area situ ditambah makan bakwan Bromo akhirnya dia semangat buat
naik ke Bromo. Banyak persewaan kuda yang nawarin untuk bisa sampai ke tangga
Bromo dengan tarif Rp. 100.000-175.000, pinter-pinternya kita nawar, apalagi
ini hari libur.
Bapak udah naik kuda duluan dengan
tarif Rp 100.000. Kami ber-3 struggle, semangat banget bisa nyampe puncak Bromo
dengan jalan kaki, jaraknya 3 km lho.. tapi kita dibuntuti sama 3 orang yang
nawarin kudanya, kita dibuntutin terus daaaan akhirnya Ibu nyerah, kita disuruh
naik kuda ajah.. Haha...ga kuat Ibu dan Tita, tapi ya masa saya jalan
sendirian, akhirnya saya naik kuda juga dnegan atrig Rp 75.000 pulang-pergi.
Oalahh... ya sudah akhirnya the first time saya naik kuda menuju tangga ke
puncak Bromo. Setelah perjalanan 15 menit dengan medan yang nanjak banget dan
pasir yang berkelok-kelok, akhirnya sampai juga dengan selamat. Bapak udah
nunggu dari tadi, tapi bapak ternyata ga kuat untuk naik ke puncaknya. Akhirnya
kami Cuma ber-3 buat naik ke puncak Bromo dengan naik anak tangga. Ngos-ngosan
juga lho, soalnya anak tangganya curam banget naiknya, dan kami menghitung
jumlah anak tangganya 240 buah. Yes, exactly..yakin bener deh, tapi ga tau
lagi, soalnya hitungannya tiap orang beda-beda lho.
Nyampe di Kawah Gunung Bromo.
Subhanallah...merinding rasanya tubuh ini. Kami tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan alam yang seluas ini. Kawah yang menyemburkan asap berbau
belerang ini begitu dahsyatnya. Subhanallah dan merinding rasanya ada di dekat
kawah ini. Kita ga ada apa-apanya di dunia ini dengan tangan Tuhan yang
tersebar dimana-mana. Ahh...subhanallah pokoknya di sini. Ga ngebayangin kalo
ada yang kecemplung di kawah gimana ya itu? Padahal kalau Upacara adat Kasada,
sesembahan yang ditujukan, dimasukkan ke Kawah. Saya pernah lihat beberapa
orang jalan di jalanan turun ke Kawah, aaaa....bapaaaakkk...hati-hati
pak..jangan sampe kepleset.
Setelah dari kawah, saya sama ibu
dan Tita menuruni tangga yang hororrr setengah mati. Gimana ga horor, curam
banget turunnya gays! Mana di antara tangga-tangga itu banyak pasir yang bikin
jalanan licin. Kesimpulannya, lebih horor turun daripada naiknya. Tapi
Alhamdulillah bisa sampai di bawah dengan selamat.
Setelah itu kami kembali ke
penginapan dengan melewati jalan yang berliku, ditambah macet karena hari ini
adalah hari terakhir tahun 2012. Banyak banget orang yang ingin menghabiskan
masa akhir tahun di Bromo, tapi kami kembali ke penginapan, mandi, dan segera
melanjutkan perjalanan. Tapi rencana hanyalah rencana, Allah yang menentukan
segalanya. Mobil kami tidak dapat dinyalakan, dan terpaksa menelpon asuransi
untuk minta tolong di-derek sampai ke Surabaya. Terpaksa, kami semua naik mobil
travel yang harganya selangit, ya secara ini malam tahun baru, pasti mereka
memasang harga sleangit karena mereka tahu mereka yang satu satunya bisa
mengantarkan kami ke Surabaya. Jadilah kami pulang ke Surabaya, rencana ke
kawah Ijen sampai Papuma ditunda dulu. Tapi overall, Alhamdulillah bisa liburan
bareng keluarga, momen yang sangat berharga!
Ini foto Ibu dan bapak yang berasa
kaya honeymoon lagi. Soalnya 20 tahun yang lalu, waktu Ibu lagi hamil saya
mereka pergi ke Bromo. Berasa mengulang masa-masa muda beliau-beliau ini. Love
you so muach Mom and Dad :*
Bukit teletubbies
Pasir Berbisik
background gunung Bromo
Sekian :) enjoying Bromo guys!
Komentar