Akhir
tahun 2012 ini saya dan keluarga tidak membuat acara yang spesial, karena
memang kami tidak merayakannya. Tapi di balik itu, saya dan keluarga berencana
memanfaatkan waktu libur beberapa hari ini untuk Liburan ke luar kota.
Perencanaan rute yang akan kami
tempuh adalah Gunung Bromo, Kawah Ijen, Pantai Papuma dan Meru Betiri. Kami
berangkat ber-7, yaitu Bapak, Ibu, saya, Tita, mbak Intan, mbak Lia, dan mas
Ari. Mas Ari ini yang dimintai tolong untuk mengemudikan mobil selama
perjalanan. Bismillah kita berangkat dari Surabaya jam 16.00 dengan rute
Surabaya-Sidoarjo-Pasuruan-Probolinggo. Waktu kami lewat di tol
Surabaya-Sidoarjo, ada hal aneh nih..masa ada burung yang lagi terbang
tiba-tiba menabrak mobil kami, untungnya kaca mobil kita ga sampe pecah, tapi
burung itu entah gimana nasibnya karena mobil lagi jalan kenceng-kencengnya,
mungkin si burung navigasinya kurang pas kali ya, kok bisa sampe nabrak gitu.
Perjalanan ke Probolinggo relatif
lancar. Sebelumnya, kami mampir di bakso kota Probolinggo, rasanya menurut saya
biasa saja, masih lebih enak bakso di Malang. Tapi Alhamdulillah perut kenyang
dengan haega bakso Rp. 10.000. Setelah itu kami mleanjutkan perjalanan. Jalan
yang kami lalui berkelok-kelok, ya namanya juga pegunungan. Penerangannya juga
tidak memadai, alhasil kami jalan dengan kecepatan sedang-sedang saja. Nah,
memasuki jalan yang naiknya sangat curam, mobil mulai mengeluarkan suara aneh,
apalagi Bapak bilang kalo pake persneling 1 aja jangan diganti-ganti ke
persneling 2, mobil makin mengeluarkan suara aneh di tengah hujan ini. Tak lama
kemudian kap mobil mengeluarkan asap dan kami harus berhenti di tengah jalan.
Mobil batuk-batuk di depan rumah warga, dan di saat hujan rintik-rintik gini.
Tiba-tiba ada 2 orang yang naik sepeda motor menghampiri kami, menawarkan
bantuan. Yah...akhirnya kami dibantu biar mobilnya temperaturnya bisa menurun,
kami minta air untuk mengisi radiator air di mobil yang habis. Ternyata oh
ternyataaa...mereka juga menawari kami untuk menginap di salah satu penginapan.
Sebelumnya Bapak memang belum memesan hotel, tapi saya usul buat nginep di
rumah warga aja yang kita sewa semalem, karena memang banyak wisatawan yang
ditawari untuk nginep di rumah warga dengan harga lebih miring dibandingkan di
hotel.
Kondisi mobil yang ga memungkinkan
untuk melanjutkan perjalanan yang masih juaoh ke atas, akhirnya memaksa kami
untuk menerima tawaran tersebut. Setelah melakukan survei di rumah yang dituju,
akhirnya sepakat untuk kita membayar Rp 450.000 semalam. Rumah itu terpisah
dari pemiliknya, isinya 2 kamar, plus 1 tempat tidur dan ruang tamu yang
lumayan luas. Tapi kamar mandinya di luar ruma. Sebenarnya ga bisa dikatakan
semalam juga sih, karena kita datang ke rumah itu jam 21.00 dan besoknya jam
3.00 dini hari kami harus berangkat ke Gunung Penanjakan naik hardtop dengan
harga Rp 750.000.
Setelah bersih-bersih diri, makan,
akhirnya kami tidur. Tapi masih tersisa satu masalah, yaitu mobilnya ga bisa
nyala. Hmm..mungkin temperaturnya belum turun kali ya..kita tunggu semalam
sampe besok semoga bisa nyala.
Jam 2.00 pagi kami dibangunkan sama
pemilik hardtop buat persiapan liat sunrise di gunung Penanjakan. Kami
berangkat naik hardtop yang bermuatan 8 orang ini. Sepanjang jalan yang bisa
dilihat Cuma pohon-pohon, dan lampu-lampu rumah penduduk. Makin ke atas
jalannya makin curam dan menanjak. Ini berasa naik roller coaster, tapi lebih
parah deg-degannya soalnya sebelah kami itu jurang. Salah langkah sedikit,
wahh..bisa kacau. Jarak dari rumah penginapan ke gunung + 12 km, what
amazing! Dengan kondisi jalan yang berlubang dan terjal begitu..ditambah udara
dingin menusuk kalbu, eh menusuk tulang. Perjalanan menempuh waktu 45 menit,
setelah itu kami turun dari hardtop daaaan woooaaa sudah banyak sekali
hardtop-hardtop lain di atas kami yang parkir dan orang berjubel naik ke view
area sunset. Ada ojek cewe yang nawari kami naik ke atas, katanya masih
jauh..tapi kami ga percaya, terutama saya. Ah tinggal dikit ini, beneran kan?
Cuma 10 menit kita naik, udah sampe ke view area. Tapi ada kejadian yang bikin
ga enak, masa gara-gara ada yang ke toilet 2 orang, kami yang awalnya ber-6,
terpencar jadi 2 rombongan, rombongan 1 yang ke toilet ada saya, Ibu dan mbak
Intan, sedangkan rombongan 2 ada Bapak, Tita dan mbak Lia. Nah, mas ari ga ikut
karena mau benerin mobil dan minta tolong warga sekitar untuk benerin mobil di
rumah penginapan.
Kondisi orang yang berjubel ini
mengharuskan kami untuk berdesak-desakan biar bisa melihat sunrise dengan
jelas. Tapi apa daya, karena cuaca waktu itu juga kurang mendukung, sunrise pun
belum rejeki kami. Kami hanya bisa melihat siluet matahari terbit, namun
tertutup awan hitam. Memang, kalau musim hujan gini ini, kurang bisa dengan
jelas melihat sunrise. Akhirnya saya dan rombongan 1 turun ke bawah daaaan..ketemu
dengan Tita, finally! Alhamdulillah...soalnya handphone kita juga ga ada
sinyal. Di antara berbagai provider, jelas yang ada sinyalnya Cuma Bapak,
karena Bapak pake s*mp*t*.
Okeh, kita foto-foto sejenak di area sunrise setelah itu turun... ini hasil beberapa fotonya.
saya dan ibuk tercintah
dari kiri ke kanan (mbak Lia, mbak Intan, ibu, Bapak, saya)
ibu, saya dan mbak Intan waktu terpsiah dengan rombongan yang lain.
ibu, saya, Bapak, Tita, Mbak Lia
Bersambung ke postingan selanjutnya yaaaahhh.... be patient..
Komentar