Oleh: @Ayyuni
Harus kuakui, kali ini aku kalah. Vano yang akhirnya memegang juara lomba puisi tahun ini di Sekolah. Vano, dia yang selalu bisa menjadi bintang di kelas, bintang di bidang olahraga, dan juga bintang di hatiku. Senyum itu, mata itu, yang selalu aku ingat tentang Vano. Kenal dengannya? Mungkin dia tahu aku, tapi kami tak kenal dekat, hanya saling bertukar senyum saat bersisipan. Setiap kali bertemu, seperti biasa deg-degan itu melanda. Kenapa sih aku ini? Bodohnya setiap kali bertemu, teman-temanku pasti bersorak sorai dan ribut sendiri menggodaku yang salah tingkah.
Lomba puisi sudah 2 tahun berturut-turut selalu aku menangkan, tapi di akhir masa belajar kami, justru Vano yang menang? Kenapa harus Vano? Kenapa harus orang yang sudah aku kagumi dari semenjak kelas 10 yang bersaing denganku di lomba ini, akhirnya aku harus puas dengan posisi juara 2.
Maju di hadapan seluruh siswa di Sekolah dan bersebelahan dengan vano adalah memori yang tidak akan pernah aku lupakan. Tiba-tiba dia mengajakku bersalaman, mengucapkan selamat dan aku membalasnya dengan kikuk, semoga dia tidak merasakan dinginnya tanganku saat diajaknya bersalaman.
Setiap hari, saat jam istirahat aku tak pernah absen menengoknya yang selalu berada di bangku pojok kantin bersama teman-temannya, makan bersama, bersenda gurau. Aku hanya memandang, memendam rasa kagum tentang semua dalam dirinya. Entah kenapa, aku cuma bisa berdiri, terpaku di atas lantai tempatku berpijak, seperti dihipnotis saat dia ada di depanku. Sebegitu kagumkah aku dengannya hingga aku hanya bisa seperti ini.
Aku melalui hari-hariku tanpa beban, tanpa harapan lebih tentangnya, karena aku hanya puas dengan posisi ini. Aku cukup bahagia mengenal Vano, memandangnya dari kejauhan, tanpa tendensi apapun. Aku bahkan tak berani untuk terlalu berharap lebih mengenal dia dengan dekat, aku merasa sudah cukup rasa ini yang kukecap. Benar, aku tak akan mengungkapkannya, aku hanya ingin mencintai dan mengaguminya dari jauh, biarkan rasa ini abadi, hingga nanti waktu yang menjawab kepasrahan dan keikhlasan hati ini.
NB: Cerpen ini ditulis untuk diikutkan lomba cerpen flash fiction nulisbuku.com #FF2in1 Tema Love Somebody
Harus kuakui, kali ini aku kalah. Vano yang akhirnya memegang juara lomba puisi tahun ini di Sekolah. Vano, dia yang selalu bisa menjadi bintang di kelas, bintang di bidang olahraga, dan juga bintang di hatiku. Senyum itu, mata itu, yang selalu aku ingat tentang Vano. Kenal dengannya? Mungkin dia tahu aku, tapi kami tak kenal dekat, hanya saling bertukar senyum saat bersisipan. Setiap kali bertemu, seperti biasa deg-degan itu melanda. Kenapa sih aku ini? Bodohnya setiap kali bertemu, teman-temanku pasti bersorak sorai dan ribut sendiri menggodaku yang salah tingkah.
Lomba puisi sudah 2 tahun berturut-turut selalu aku menangkan, tapi di akhir masa belajar kami, justru Vano yang menang? Kenapa harus Vano? Kenapa harus orang yang sudah aku kagumi dari semenjak kelas 10 yang bersaing denganku di lomba ini, akhirnya aku harus puas dengan posisi juara 2.
Maju di hadapan seluruh siswa di Sekolah dan bersebelahan dengan vano adalah memori yang tidak akan pernah aku lupakan. Tiba-tiba dia mengajakku bersalaman, mengucapkan selamat dan aku membalasnya dengan kikuk, semoga dia tidak merasakan dinginnya tanganku saat diajaknya bersalaman.
Setiap hari, saat jam istirahat aku tak pernah absen menengoknya yang selalu berada di bangku pojok kantin bersama teman-temannya, makan bersama, bersenda gurau. Aku hanya memandang, memendam rasa kagum tentang semua dalam dirinya. Entah kenapa, aku cuma bisa berdiri, terpaku di atas lantai tempatku berpijak, seperti dihipnotis saat dia ada di depanku. Sebegitu kagumkah aku dengannya hingga aku hanya bisa seperti ini.
Aku melalui hari-hariku tanpa beban, tanpa harapan lebih tentangnya, karena aku hanya puas dengan posisi ini. Aku cukup bahagia mengenal Vano, memandangnya dari kejauhan, tanpa tendensi apapun. Aku bahkan tak berani untuk terlalu berharap lebih mengenal dia dengan dekat, aku merasa sudah cukup rasa ini yang kukecap. Benar, aku tak akan mengungkapkannya, aku hanya ingin mencintai dan mengaguminya dari jauh, biarkan rasa ini abadi, hingga nanti waktu yang menjawab kepasrahan dan keikhlasan hati ini.
NB: Cerpen ini ditulis untuk diikutkan lomba cerpen flash fiction nulisbuku.com #FF2in1 Tema Love Somebody
Komentar