Pernahkah
teman-teman memperhatikan pinggir jalan saat sedang berkendara? Saya sering
melakukannya, karena saya senang observasi. Suatu hari waktu saya lagi keluar
sama keluarga, kami lewat Jl Darmo. Iya, jalan besar di Surabaya setelah Jl A.
Yani. Di pinggiran Rumah Sakit Darmo tepatnya, saya mendapati ada seorang
laki-laki separuh baya dengan tatapan penuh harap melihat ke arah pengendara
jalan. Ia tidak sendiri, bersama seekor mainan kuda-kudaan yang ia buat
sendiri, ditempeli tulisan “Foto Naik Kuda Rp 5.000”. Masya Allah.... saya
langsung pengen nangis saat itu juga. Perasaan saya berkecamuk. Di saat saya
bisa keluar bersenang-senang dengan keluarga untuk makan di restoran, sedangkan
orang lain masih berkutat untuk mencari uang demi sesuap nasi yang tidak
kunjung pasti datangnya. Iya kalau ada yang berminat untuk foto naik
kuda-kudaan tersebut? Kalo saya perkirakan, individualisme masyarakat kota yang
kian tinggi, saya jamin sepertinya tidak ada yang melihat dan melirik Bapak tua
ini, apalagi di jalan sesibuk ini. Ya Allah...saya benar-benar kasihan dengan
Bapak ini. Tapi ya inilah yang bisa saya lakukan, mendoakan beliau supaya
diberi pelanggan. Saya merasa berdosa jika hanya diam, tanpa melakukan
perbuatan apapun, minimal doa untuk kelancaran rejeki beliau. Saya jadi
merasakan, betapa tidak mudah meraup rejeki di zaman ini. Saya merasa beruntung
dan bersyukur hingga detik ini masih diberi napas, kelancaran rejeki bagi orang
tua dan saya, serta kemudahan dalam hidup. Maaf saya tidak bisa mengambil foto
dari orang itu, karena jalanan yang sangat ramai. Tapi, mungkin teman-teman
bisa mencari Bapak tesrebut ketika melewati Jl Darmo, siapa tahu teman-teman
menemukan sosok Bapak dan kuda tersebut.
Komentar