Romantis itu bukan ketika kekasihmu memberimu bunga dan coklat setiap hari, tapi romantis itu ketika bisa berjalan bersandingan dengan pasanganmu, mengenakan mukena dan sarung berjalan ke Masjid untuk sholat berjama'ah.
Romantis itu bukan dengan mengumbar kata mesra untuk kekasihmu di sosial media, tetapi ketika bisa bertukar pikiran di meja makan dengan pasanganmu meskipun dengan nada yang keras karena masing-masing sudah mulai berkurang pendengarannya.
Romantis itu bukan ketika makan di tempat mewah dengan candle light dinner, tetapi ketika makan bersama di satu meja dengan menu sederhana namun penuh syukur karena masih diberi sehat hingga usia ini.
Romantis itu ketika menghabiskan waktu menonton TV bersama, saling mengomentari dan berdebat kecil tentang acara yan ditonton, bukan hanya nonton film mahal di XXI ditemani popcorn.
Romantis itu cukup dengan memandang dan masing-masing tahu bahwa pasanganmu telah menerimamu apa adanya, berjanji untuk tetap bersamamu dalam suka duka, dan saling melengkapi dalam kebersyukuran keluarga.
Romantis itu, ketika melihat anak-anak saling rukun, melihat cucu berlari kesana kemari, tertawa bersama mengingat pengalaman lucu, dan doa keluarga yang sakinah mawaddah warahmah telah terwujud.
NB:
Tulisan ini terinspirasi dari Eyang-Eyang di Umbulharjo yang telah menampung saya beberapa hari ini. Terima kasih Eyang :)
Romantis itu bukan dengan mengumbar kata mesra untuk kekasihmu di sosial media, tetapi ketika bisa bertukar pikiran di meja makan dengan pasanganmu meskipun dengan nada yang keras karena masing-masing sudah mulai berkurang pendengarannya.
Romantis itu bukan ketika makan di tempat mewah dengan candle light dinner, tetapi ketika makan bersama di satu meja dengan menu sederhana namun penuh syukur karena masih diberi sehat hingga usia ini.
Romantis itu ketika menghabiskan waktu menonton TV bersama, saling mengomentari dan berdebat kecil tentang acara yan ditonton, bukan hanya nonton film mahal di XXI ditemani popcorn.
Romantis itu cukup dengan memandang dan masing-masing tahu bahwa pasanganmu telah menerimamu apa adanya, berjanji untuk tetap bersamamu dalam suka duka, dan saling melengkapi dalam kebersyukuran keluarga.
Romantis itu, ketika melihat anak-anak saling rukun, melihat cucu berlari kesana kemari, tertawa bersama mengingat pengalaman lucu, dan doa keluarga yang sakinah mawaddah warahmah telah terwujud.
NB:
Tulisan ini terinspirasi dari Eyang-Eyang di Umbulharjo yang telah menampung saya beberapa hari ini. Terima kasih Eyang :)
Komentar