Alhamdulillah...
puji syukur tak hentinya saya panjatkan kepada Allah atas segala “mampu” yang
diberikan kepada hamba-Nya ini. Masya Allah... akhirnya stase di Puskesmas
terlampaui juga. 2 bulan penuh perjuang ini terlewati dengan segala lika
likunya. Ada tawa, canda, ketegangan, kesedihan, kegalauan, segala hal yang
membuat saya menjadi seseorang yang bisa semakin bertumbuh. Menjadi pribadi
yang kata orang lebih “kalem” dibandingkan dengan saya yang dahulu. Entah...
itu seperti mengalir apa adanya. Saya juga baru menyadari bahwa saya mulai bisa
mengatur emosi marah, jengkel, dan sekarang bisa lebih nrimo dan pasrah atas
segala apa yang telah terjadi. Saya belajar banyak dari menangani berbagai
macam klien di Puskesmas, mulai dari masalah anak-anak hingga lanjut usia,
masalah neurotik hingga psikotik, masalah stres hingga bipolar, dan banyak hal
lain yang membuat dunia saya serasa jungkir balik.
Begitu
banyak masalah ada di hadapan kita. Saya pun juga sempat menangis ketika
melihat kondisi rumah pasien yang begitu sederhananya sehingga setelah dari
tempat itu saya benar-benar tidak kuasa menahan air mata. Sepanjang jalan saya
hanya bisa menangis mengingat kejadian itu, saya cuma bisa benar-benar banyak
bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada saya. Saya sekarang mengerti
bagaimana bahagianya orang tua jika melihat anaknya sudah bisa mencari
penghasilan pribadi.
2
bulan dengan perjuangan setiap pagi berangkat menembus dingin, rela hanya libur
2 hari selama Lebaran kemudian balik lagi demi Puskesmas, menemui berbagai
macam pasien yang tak terduga. Dikirimi surat cinta oleh pasien, di tengah-tengah intervensi komunitas ada yang menyalakan api, menangani pasien dengan histeria, dan banyak hal lagi. Itu menjadi hal yang sangat menyenangkan dan
mengesankan bagi saya. Pengalaman yang tidak akan tergantikan, sangat manis
untuk dikenang.
Sedikit
banyak saya juga belajar bagaimana budaya kerja di sebuah komunitas dan bentuk
pelayanan masyarakat seperti Puskesmas. Inilah memang waktu yang tepat saya
untuk belajar. Saya mensetting diri untuk menjadi pembelajar, sehingga saya
selalu mengosongkan gelas setiap hari untuk menerima berbagai pelajaran baru
untuk kehidupan saya ke depan.
Kini
saatnya untuk move on ke stase berikutnya, Rumah Sakit Jiwa dr Radjiman
Wedioningrat sudah menanti. Bismillah.... stase ini bisa lebih sukses, lebih
lancar, dan bisa mendapatkan banyak pengalaman berharga.
Peace
in Peace Out....
Komentar