Memang hari ini bukan hari ibu, melainkan hari Kartini. Tapi menurut saya hari dimana kita mengungkapkan perasaan kepada ibu, tidaklah butuh waktu khusus.
Berada di samping
ibu, selalu bisa membuat hati ini tenang. Bagaimanapun kondisinya. Seperti
ketika pulang ke rumah. Tidak ada senyuman yang paling menenteramkan
dibandingkan senyuman seorang ibu. Tidak ada kata-kata yang paling meneduhkan,
selain kata-kata menenangkan dari ibu. Tidak ada kekhawatiran paling membuat
nyaman, selain kekhawatiran dari ibu.
Merantau dan tinggal
jauh dari ibu selama hampir 8 tahun, membuat saya merasa rindu dengan hal-hal
kecil yang beliau berikan kepada saya. Perhatian yang mungkin dirasa
berlebihan, tapi itu saya rindukan ketika berada jauh darinya. Masakan yang
selalu terasa lezat dibandingkan restoran termahal di seantero dunia. Semua itu
ikhlas diberikan oleh ibu kepada anaknya.
Siapapun ibu di
dunia, saya yakin 100 bahkan 1000% selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi
anaknya.
Saya tahu di balik
senyuman dan kerja keras yang dilakukannya, tersimpan harapan bagi anak-anaknya
untuk selalu hidup bahagia. Ibu tidak akan sanggup melihat air mata anaknya
menetes oleh kesedihan. Ibu juga tidak akan tega menyaksikan anaknya menderita
oleh tantangan dunia. Tapi saya tahu meski ibu tak selalu hadir secara fisik di
samping saya, do’a-do’anya selalu menyertai.
Sejauh apapun saya
mencari sosok perempuan yang pantas diidolakan, jawabannya selalu kembali
kepada sosok itu, ibu.
Memang ibu saya
bukanlah seorang pahlawan yang mampu mengubah dunia, tapi bagiku ibu adalah
duniaku.
Menurut saya,
bahagia itu tidak sederhana. Siapa bilang bahagia itu sederhana? Ketika pagi
harimu bisa berada di rumah dan merasakan aroma masakan ibu yang sudah siap di
meja makan, itu adalah hal mewah yang istimewa. Itu tidaklah sederhana. Ketika
bisa berbagi canda tawa sembari melihat ekspresi dari wajah yang selama
berbulan-bulan tidak kau temui, itu tidaklah sederhana. Bagi saya, itu adalah hal mewah yang tidak
ternilai harganya.
Lantas, apa lagi
yang harus saya keluhkan ketika memiliki ibu yang hingga saat ini masih diberi
nikmat sehat?
Saya tahu ibu tidak
akan menuntut sesuatu yang sangat tinggi pada saya. Baginya, cukuplah saya
harus lebih baik darinya, terutama dari segi pendidikan.
Saya jatuh cinta
dengan semangatnya yang hingga usia saat ini masih semangat menuntut ilmu. Saya
merasa malu ketika bermalas-malasan padahal fasilitas telah terpenuhi semua.
Dibandingkan dengan ibu yang mati-matian membagi waktu menyeimbangkan keluarga
dan pendidikannya hingga bisa menjadi lulusan terbaik.
Harapan-harapan
tinggi yang ibu titipkan dalam tiap do’a, perlahan-lahan in sha Allah akan
dikabulkan. Tenanglah ibu.. saya akan menjadi orang baik dengan hasil pola asuh
yang kau terapkan. Saya akan tumbuh menjadi orang yang kuat dan selalu ingat
Allah seperti yang engkau harapkan. Saya pun akan menjadi diri sendiri dengan
segala kekurangan dan kelebihan yang kumiliki.
Maafkan sejauh ini
saya masih sering membuatmu khawatir, kecewa, marah, dan sedih. Itu semua
semata-mata memang jalan yang harus kita lalui demi hubungan kita yang sangat
baik seperti sekarang ini.
Terima kasih ibu
atas segala jerih payah yang kau berikan kepada saya, anak pertama yang hadir
di masa mudamu untuk kau rawat dan kau besarkan. Terima kasih telah menjadi
penenang dalam setiap kemelut masalahku. Terima kasih atas cinta tanpa syarat
yang engkau berikan hingga detik ini.
Yang aku tahu pasti,
satu kata darimu selalu bisa menenangkan badai di pikiranku.
“Selamat Ulang Tahun
ke 46 tahun Ibuk”
Yogyakarta,
21 April 2017
Happy birthday, my everything... You know that I love you so much <3 br="">3> |
Komentar