Seorang teman couchsurfing
dari Malaysia mengenalkan kepada salah seorang temannya dari Rusia yang juga
member couchsurfing. Berhubung saya udah lumayan kenal sama teman dari Malaysia
ini, jadi saya percaya kalau temannya dari Rusia ini juga orang baik. Orang
Rusia ini bernama Elena, ia berencana traveling keliling Indonesia. Dimulai
dari Medan dan berakhir di Bali. Jadi, nanti dia bakal melewati Yogyakarta. Di
Yogya inilah kami berencana bertemu.
Dari Medan, dia
nggak langsung ke Yogya, tapi mampir dulu ke kota-kota yang dia lalui. Dari
mulai Riau, Palembang, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Bandung, sampai di Yogyakarta.
Kami akhirnya bertemu, setelah ia menjalani perjalanan yang cukup panjang.
Lena, begitu ia akrab disapa, saya ajak untuk makan di tempat makan namanya
Gudeg Sagan. Dari judulnya aja udah tau pasti ya, kalau ini tempat makanan yang
menjual menu bakso... eh salah, gudeg.
Saya jemput Lena
dari seorang couchsurfer Jogja, karena mereka baru saja dari pantai. Dia bawa 2
tas aja untuk traveling selama ini. 1 tas ransel dan 1 tas jinjing. Bener-bener
sangar banget ni orang. Sesampainya di Gudeg Sagan, dia nanya kenapa dia diajak
kesini. Ya saya jawab aja karena ini makanan tradisional Jogja, “Aku pengen mengenalkan
makanan tradisional daerah Yogya.” Setelah disodorin menu dan saya jelasin ini
makanan apa, dia cuma diam. Jawabannya “Aku mau makan buah...” Saya baru ngeh
kalo dia ini vegetarian. Eaaa bilang dong dari tadi Len...
Akhirnya saya mau
ajakin dia ke Mirota Kampus aja kali ya buat beli buah, tapi dia menolak untuk
diajak ke supermarket karena katanya mahal. Baiklah... Saya ajak aja ke pasar
tradisional, yaitu Pasar Kranggan. Di pasar Kranggan ini banyak sekali jualan
sayur dan buah berjejer, meski sebenernya kita kesana udah kesiangan banget dan
banyak yang mau tutup. Pas lewat di jalanan mau ke Pasar, Lena udah pengen
turun aja dari motor. Dia udah ga sabar mau makan pisang katanya, suer deh nih
orang kocak banget. Saya parkir motor dulu, trus dia lari ke dalam pasar.
Ngeliat berbagai barang yang dijual disana, mulai dari makanan ringan, makanan
basah, sampe buah dan sayur. Keliatan wajahnya berbinar-binar, dia senang
ternyata diajakin ke local market
kaya gini. Kelihatan banget excitednya.
Sampe dia menunjuk ke sebuah pisang yang ditaruh di sebuah wadah di pinggir
pasar, lah? Itu kayanya udah ga dijual deh sama penjualnya. Saya nanya ke ibu
yang jual, dia bilang itu masih dijual harganya 20ribu. Nah si Lena udah
megang-megang pisangnya, saya nanya ga boleh kurang apa? Dia jawab ga bisa...
Saya bilang ke Lena kalo itu harganya 20ribu, dia taruh lagi di wadahnya trus
pergi. Eh ibu penjualnya manggil-manggil lagi, dikasih harga 15ribu. Hahaha...
trik berhasil. Kita balik dan pisang di tangan. Sewaktu saya bilang minta tas
kresek buat pisang, Lena bilang “No no...
I have much more than you have...” Lah? ternyata dia tuh ngumpulin tas
kresek di tasnya banyak banget. Suer deh ni orang nyentrik banget. Katanya,
karena dia cinta sama bumi makanya ga mau nambahin plastik lagi. Salut Len!
Satu pelajaran saya
dapat dari orang ini. Meski beberapa kali dapet cerita dari member sesama couchsurfing
yang bilang kalo tamu orang Rusia itu kebanyakan orangnya nyentrik-nyentrik,
ternyata baru kali ini ngalamin sendiri dan memang iya. Kami lanjut beli buah
lain, yaitu jambu. Dia cuma mau beli setengah kilogram, ditimbanglah sama bapak
yang jual. Tapi kok harganya lebih mahal dari setengah kilo? Karena memang
berat buahnya 0,75 kg. Jadi pasti harganya lebih mahal dari setengah kg. Lena
ga terima, dia agak ngedumel karena dia merasa bahwa ini sistem timbangannya ga
jelas. Dia skeptis sama timbangan model di pasar itu, dia meragukan
kredibilitas timbangan itu. Lah orang sini mah pakenya gitu Len... kalo di
supermarket baru deh pake timbangan yang otomatis itu. Haha baru kali ini juga
saya bingung ngejelasin orang yang mengkritisi sistem timbangan pasar.
Setelah dari pasar,
Lena tahu kalau saya belum makan jadi dia mempersilahkan saya buat ngajak dia
makan. Tapi dia nggak makan, karena dia akan makan pisang hasil buruannya tadi.
Baiklah, saya ajakin aja ke nasi kuning Ternate (naskuter). Karena nasi kuningnya
lagi dimasak, jadi kami harus menunggu. Akhirnya kami pun ngobrol seru tentang
pengalamannya traveling kemana aja. Sebelum ke Indonesia, ternyata dia sudah
menjelajah negara-negara lainnya di Asia seperti Cina, Vietnam, Kamboja,
Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, dan kemudian Indonesia ini negara
terakhirnya. Dia pengen balik ke negara asalnya di Rusia, tepatnya di Kota
Moskow. Dia melakukan perjalanan ini sudah lebih dari 2 tahun. Paling lama ia
tinggal di Thailand selama lebih dari setahun, dan dia ngasih saya itinerary
tempat-tempat di Thailand yang bagus buat dikunjungi. Negara yang paling horor
menurutnya adalah Filipina karena orang-orang disana wajahnya saling mencurigai
satu sama lain. Meski begitu, dia ngasih saya itinerary tempat-tempat di
Filipina yang kece-kece, meski sebenernya saya nggak yakin bakal kesana juga.
Kemudian saya nanya
tentang alasannya traveling, dia jadi melankolis. Yahh jadi merasa bersalah deh
saya, hmm... karena alasan yang tidak bisa saya sebutkan disini ya guys. Karena
alasan tersebut, awalnya dia ragu mau traveling, soalnya harus meninggalkan
pekerjaan dan keluarganya di Moskow. Tapi kemudian dia bilang, “But I just did it! And here I now....”
sambil tersenyum lebar. Traveling membuka matanya dan pengalaman hidupnya,
bahwa selama kita hidup perluaslah pandanganmu kepada banyak pengalaman. Itulah
salah satu alasan hidup. Meski harus mengeluarkan banyak uang untuk
perjalanannya ini, tapi dia merasa nggak menyesal. Dia tahu bahwa ada harga
yang dibayar untuk membuat pengalaman hidupnya lebih kaya.
Rasanya seneng
ngobrol sama bule satu ini, beda aja sama bule-bule lain yang pernah saya ajak
ngobrol sebelumnya. Entah karena ada satu frekuensi di antara kita. Mungkin
juga karena usianya yang 9 tahun lebih tua dari saya, jadinya dia punya banyak
hal yang bisa dibagi. Sebelumnya saya nggak mengira kalau usianya sudah 34
tahun, kaya masih 29 gitu deh, tapi dia bilang dia udah umur segitu. Mana
perawakannya kecil, masih lebih tinggi dia sedikit daripada saya. Beda sama kebanyakan
bule yang rata-rata jangkung.
Sewaktu makanan saya
datang, dia heran ngeliatin, “Someone
colouring the rice one by one?” sumpah saya ngakak banget waktu denger dia
bilang gini. Ya kali Len diwarnai satu per satu... ini pake bumbu makanya
warnanya jadi kuning gini. Dia bilang makanannya enak waktu mencicipi, dan juga
pisang ijo nya yang menurutnya rasanya seger. Iya dong... kuliner Indonesia...
sambil makan kita masih aja cerita. Ternyata di luar juga hujan deras, jadi
kami makin lama cerita random. Selama di Moskow dia kerja sebagai lawyer,
pantesan ngomongnya banyak banget. Gaji di Moskow yang tinggi cukup untuk
menghidupinya untuk traveling selama beberapa tahun terakhir ini. Dia juga
ngajarin saya aksara Rusia yang rumit itu dari handphonenya.
Kemudian dia nanya
ke saya, apa perbedaan Jogja dan Yogya? Karena dia bingung kalau googling mengetik Jogja dan Yogya atau
Yogyakarta. Hehe iya sih memang agak membingungkan kalau yang belum tahu,
padahal sebenernya mah sama aja. Rencana setelah dari Yogya dia langsung ke
Surabaya untuk kemudian naik bus dan menyeberang kapal ke Bali. Di Bali nanti
dia bakal ketemu temennya yang juga traveler untuk menghabiskan waktu bersama
kemudian pulang deh ke Rusia sana.
Momen selama
setengah hari bersama Lena ini menjadi salah satu momen terunik bagi saya.
Semangatnya yang berapi-api dalam menjalani hidup terutama perjalanan
travelingnya dia. membuat saya makin semangat buat terus mengeksplore belahan
dunia lain. Kita berdua sepakat kalau “Traveling
is addict,” ya memang benar. Someday kalau ada kesempatan kita bertemu di
Moskow buat ketemu Masha and the Bear ya Len... Hahaha
Udah....jangan dibandingin hidungnya... |
Komentar