“Mbak...aku nggak
punya adek lagi....” kalimat ini membuat hati saya mencelos. Diucapkan oleh
seorang kakak sesaat setelah kepergian adik semata wayangnya.
___________________________________________________________________________
Kami semua sayang
padanya, seseorang yang akan genap 16 tahun usianya – pada tanggal 15 Juni
mendatang.
Tahukah kamu, Dek?
Hati kami semua
menggigil mendengar kabar kepergianmu.
Air mata tanpa
perintah meluncur dengan derasnya tanpa peduli tempat ketika mengetahui
kepergianmu, Dek.
Rasanya bagai
mendengar petir tanpa disertai mendung, kami terguncang oleh kabar hembusan terakhirmu,
Dek.
Memori-memori indah
sejak kau masih bayi dengan cepat kembali merembet.
Mbak Ayun masih
ingat waktu kamu pertama kali bisa jalan dan “rambatan” di dinding. Bersuka ria
kita serumah bertepuk tangan atas usahamu.
Mbak masih ingat
waktu kamu masuk TK dengan diantar naik becak, memakai baju koko yang membuatmu
nampak begitu menggemaskan.
Pipi gembil yang
putih kemerahan, wajah imut yang kamu punya, dan sifat cengengmu ketika main ke
rumah mbak masih terekam dengan jelas di ingatan.
Kamu pun masuk SD,
kemudian SMP. Kamu yang jadi satu-satunya laki-laki di antara sepupu-sepupu
kecil rumah “Jemur” menjadi pewarna tersendiri bagi keluarga kita.
Meski seringkali
kamu di-bully karena cowok sendiri
dan suka main sama sodara cewek-cewek, kami tetap sayang sama kamu apa adanya.
Mbak Ayun juga masih
inget sama sifat usilmu yang suka nyubit-nyubit pipi orang dan suka ndusel-ndusel ketika yang lain lagi duduk.
Itu semua annoying tapi membuat kami
rindu dan makin gemas padamu.
Hanya kamu yang bisa
membuat kami tertawa karena celotehan ngasal yang bikin kami nyengir.
Hanya kamu yang bisa
digandeng-gandeng seenak hati ketika diajak foto bareng.
Hanya kamu yang bisa
membuat kami tersenyum oleh kepolosan pertanyaanmu.
Hanya kamu yang
berhasil membuat kami tertawa menceritakan perilakumu kepada cewek yang kamu
taksir.
Hanya kamu yang bisa bebas bilang mbak Ayun kecil, pendek dan ga jago renang kaya kamu.
Hanya kamu yang bisa bebas bilang mbak Ayun kecil, pendek dan ga jago renang kaya kamu.
Cuma kamu, Dek.
Meski mbak nggak
bisa melepas kepergianmu secara langsung, tapi do’a terindah selalu menyertaimu.
Kami semua
kehilanganmu.
Nggak bisa
membayangkan gimana perasaan Mama, Papa dan mbak Anggur, Dek.
Mereka sudah pasti
sangat kehilangan tawa renyahmu.
Mama, Papa dan mbak
Anggur pasti akan rindu dengan segala kelucuan dan kebaikanmu.
Mama, Papa dan mbak
Anggur pasti akan kangen dengan anak Paskibraka yang manja ini.
Walaupun kami ingin
kamu disini, tapi kamu pasti akan lebih merasa kesakitan jika tetap disini.
Maka Allah membawamu untuk menghadap-Nya di bulan mulia ini. Lebih cepat
dibandingkan kami semua.
Terima kasih, Dek
sudah mewarnai hari-hari kami di dunia selama hampir 16 tahun ini. Mbak banyak
belajar dari sifatmu yang jujur, apa adanya, gigih, dan sabar. Do’a kami akan selalu menyertaimu. Semoga Allah melapangkan
jalanmu, dan menerima semua kebaikan
yang telah kamu lakukan.
Satu hal yang kami
mengerti. Kami semua sayaaaaang sekali padamu. Tapi Allah jauh lebih
sayaaaaaang padamu, Dek.
Selalu, akan selalu
dan terus selalu menyayangimu, adek Angga Satria Widodo.
15 Juni 2001 – 7
Juni 2017
With love,
Mbak Ayun(an) –
panggilan sayangmu ke aku.
Selamat jalan Paskibraka gagah kebanggan kami Dek :( |
Komentar