Cerita tiga gordon

28 Mei 1988
Sebuah gordon tersemat di depan dada seorang pemuda. Setelah 10 tahun memperjuangkannya, akhirnya gelar lulus pun disandang, dengan ditambah title Drs yang berhak dituliskan di depan namanya. Pemuda dengan tatapan sayu tersebut tersenyum atas pencapaian yang tidak mudah dalam memperolehnya.

7 Agustus 2014
Menjadi momen sendu dimana dua orang gadis kakak beradik dilepas di perantauan. Berjarak 325 km antara rumah dan tempat tinggal baru mereka, hanya berbeda propinsi. Untuk pertama kalinya, mereka harus jauh dari orangtua dan tidak bisa saling melihat wajah setiap hari.
Ada rasa tercekat ketika mengingat momen dimana mereka turun dari kendaraan, di bundaran UGM untuk menuju Kost baru mereka di Jalan Kaliurang 7,5. Tidak ada tangisan memang, tapi hening dan rasa sesak yang kala itu timbul, menjadi pertanda bahwa ini memang berat. Tapi, mereka harus bisa karena demi kebaikan dan masa depan.

19 Agustus 2017
Formasi kala itu tidak lengkap memang, sang adik sedang mengabdi di penghujung negeri belahan Sulawesi untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata. Di belahan Indonesia lain, sang kakak telah berhasil mempersembahkan gordon dan toga demi senyuman kedua orangtua mereka. Pemuda dengan tatapan sayu itu, adalah bapak dari kakak beradik yang tiga tahun lalu meninggalkan rumah demi mencari ilmu. Bapak dengan tatapan teduhnya, telah mengantarkan kakak untuk bisa menggapai satu dari sekian cita-cita yang diinginkannya.

22 November 2018
Menjadi saksi bahwa tiga gordon sudah terkumpul. Giliran sang adik yang telah berhasil mempertanggung jawabkan tugas akhirnya di depan dosen penguji. Tak mudah, meneliti barang yang bagi sebagian orang adalah menakutkan, "nuklir". Yang awalnya banyak orang berkata "Jangan masuk sana, nanti mandul, harus nikah dulu, nanti kena radiasi" berhasil ditepisnya dengan jawaban bahwa mitos-mitos tersebut adalah salah. Namun, semesta berkehendak lain. Bahwa tatapan teduh Bapak tak lagi ada untuk mengantarkan adik dengan gordon dan pakaian toganya. Kehilangan? Sangatttt. Tetapi tidak ada pilihan selain menerimanya. 

Waktu tidak pernah berjalan mundur, karena setiap langkah mengantarkan kita untuk terus maju ke depan. Perjuangan dalam mencari ilmu bukan hanya melulu tentang hasil akhir berupa gelar, tapi bagaimana kita bisa tetap bertahan meski dalam kesulitan. Kala itu sewaktu SMA, pernah saya berangan-angan untuk bisa  berada di megahnya gedung Balairung, dengan gordon tersemat di leher bersama toga. Mengikuti jejaknya. Dan Allah wujudkan mimpi itu dengan indahnya.

Pencapaian ini memang tidak mudah, karena setiap saat niat bisa saja berubah. Tapi ketika niat itu tetap teguh, hasil tidak akan menghianati proses. Meski begitu, kami tidak akan pernah lupa akan kerja keras Bapak dalam menjalani proses ini. Bapak tiada ketika perjuangan di dalam kampus telah tuntas. Namun jasa, petuah, semangat dan keteladanan dari beliau tetap akan kami simpan dan jalani sepenuh hati sepanjang hidup.

Terima kasih Bapak, sudah mengantarkan kami hingga di jenjang perkuliahan. Kehendak Allah akan kami terima dengan sepenuh hati, karena kami tahu bahwa Bapak pasti melihat bagaimana kedua anaknya telah tuntas di kehidupan kampus yang menjadi saksi terkumpulnya 3 gordon. Semoga saja, akan bertambah lagi gordon-gordon lain di kampus yang lebih jauh lagi dari saat ini. Aamiin ya robbal alamin...

"Dad, I know you're watching me
I can't handle myself to missing you
I really want to hold your hand and say "She did it, Dad!"
I know you're smiling at me now
And I know you're proud of your little daughter"



Komentar