Selamat ulang tahun :)

Manusia selalu berharap bahwa doanya dikabulkan.  Ya siapa juga yang ingin harapannya tidak kesampaian,  kan? Tetapi kadangkala harapan tersebut menjadi kekecewaan ketika tidak tercapai. Termasuk ketika menginginkan sesuatu yang ternyata baru disadari ketika sudah tiada.

Ada pameo yang bilang bahwa nilai seseorang begitu terasa justru ketika ia telah tiada.  Benar-benar saya rasakan.  Bukan, bukan berarti bahwa orang tersebut tidak memiliki nilai saat ia masih ada, tetapi justru saya merasa kehilangannya ketika ia tidak lagi berada di keseharian saya.

Menjadi ada kata "andai saja.." "misalkan ia masih ada..." "kalau saja... " dan semacamnya ketika mengingat ada hal yang saya harapkan kehadirannya tapi tak mungkin terjadi.
Saya bukan manusia super yang tidak melankolis ketika mengingat kenangan bersamanya. 
Ada rasa sesak ketika melewati berbagai jalan yang sering saya lewati bersamanya, di anak tangga kampus saat kami bergandengan menyusurinya. Di kedai es krim saat ia tertawa bahagia menyuapkan scoop demi scoop. Di toko buka Gramedia saat menghabiskan jam berjam membaca halaman buku demi buku. Di boncengan motor saat ia berusaha mengalihkan asap rokoknya agar tak mengenai wajah saya.  Di antara cerita-cerita dari nostalgia teman-teman dekatnya yang kini menjadi lingkaran saya juga.

Waktu kami berdua kala itu mungkin seperti berjalan perlahan di memori, layaknya film yang direwind dengan gambar hitam putih. Tetapi sangat saya syukuri telah melalui berbagai kejadian bersamanya. Menganut nilai yang hingga detik ini masih saya anggap terbaik.

Meski kami tak sempat lagi bertukar pikiran. Meski ada rasa yang hilang saat saya sedang kebingungan. Saya tidak ingin diberi belas kasihan.  Jujur saja, beberapa kali saya merasa bahwa ia masih ada di sekitar saya.  Saat saya bingung akan suatu hal, saya menyimpannya kemudian berniat menanyakan padanya.  Namun kemudian saya sadari bahwa ia tak lagi ada disini.  Lalu saya terdiam dan baru merasakan yang namanya kehilangan.  Ketika saat itu butuh arahan tetapi orang tersebut sudah tak lagi ada. Pada akhirnya, Allah menjadi tempat mengadu yang utama.

Menulis ini rasanya masih seberat itu.  Seberat melepaskan kemelekatan yang harusnya tak lagi dipegang erat. Namun tenang saja, saya tak lagi sama dengan dulu. Saya sudah berproses menjalaninya dan akan terus berproses. Saya mengerti rasanya kehilangan orang terdekat dan menjadi lebih kuat karena itu.

Bagi siapapun yang sedang berproses untuk itu, it's okay untuk menangis,  it's okay untuk bersedih, it's okay untuk terlihat lemah. Yang perlu kita ingat, masih ada hari esok dimana Tuhan menjanjikan hari yang indah, berwarna dan memberikan harapan baru.  Tak selamanya kesedihan itu menetap dan tak selamanya hal buruk itu terjadi.  Akan berganti dengan hal yang indah dan membahagiakan setelah kita pernah mengalami hal yang menyedihkan dalam hidup.  Kita hanya perlu berdoa dan tak berhenti berharap.

Sekaligus di menit terakhir 31 Januari ini, saya tetap akan memperingatinya sebagai hari ulang tahunnya, (Selamat ulang tahun ke-60 Bapak). Semoga tenang dan bahagia disana, doa kami menyertaimu. 

💞💞💞

Komentar