Dalam hal apapun itu, setiap orang
pasti punya sudut pandang dan caranya masing-masing menyikapi suatu hal.
Belajar psikologi memberikan saya banyak pelajaran tentang hal ini. Ketika
dihadapkan pada masalah manusia, setiap orang memiliki cara pandang
masing-masing dalam memutuskan keputusan yang akan diambil. Tidak ada hal yang
salah, semuanya benar saat dihadapkan pada relativitas norma manusia.
Saat dihadapkan pada suatu stressor,
ada strategi untuk menghadapinya supaya mengurangi stressor tersebut, yaitu
dengan nama coping. Coping stres ini memiliki 2 pendekatan, yaitu pendekatan
emosi dan masalah. Emotion focused coping
terwujud dalam perilaku menunda penyelesaian masalah seperti dengan
bermain-main, jalan-jalan, atau pengalihan masalah lain. Sedangkan problem focused coping berupa perilaku
menghadapi masalah langsung, menghadapinya dengan gagah berani dan
menyelesaikan dengan gentle. Eh jadi
berasa nulis skripsi nih jadinya, serius amat nulisnya.
Sebenernya saya nggak tahu mau
nulis apa, karena di pikiran saya lagi random apa yang mau ditulis jadi ga bisa
ngebedain topik yang mau ditulis. Tapi demi kemaslahatan bersama, kerandoman
pikiran saya ini biarlah diurai menjadi hal yang bisa bermanfaat.
Saya barusan baca artikel dari
sebuah website penelitian biopsikologi, kalo belum tau artinya silahkan
googling deh ya. Artikel ini berisi tentang hubungan antara kepribadian manusia
dengan wajah yang dia miliki. Balik lagi ke teorinya Kretschmer tentang
physiognomi dong kalo gitu? Padahal teori ini sudah lama ga dipakai karena di
jaman modern kaya gini udah ga relevan melihat orang hanya dari wajahnya.
Tapi jangan salah, banyak dari
kita yang melihat kebaikan atau sifat dengan menerka-nerka dari wajahnya. Misalkan
kalo kita lihat calon anggota DPR yang berkampanye dengan baliho di pinggir
jalan, pasti kita sudah ada penilaian tersendiri tentang calon anggota DPR itu.
Misalkan kalau wajahnya cantik dan baby face, kita terjebak dengan penilaian bahwa
orang tersebut pasti baik, kalem, lemah lembut. Beda dengan wajah Bapak-Bapak
yang berkumis tebel ditambah garis muka yang tegas pasti kita menganalogikan
sifat orang tersebut dengan sifat keras, tegas, disiplin. Bener nggak?
Ah jawab aja iya, biar saya
seneng.
Kesan ini dinamakan “attractiveness
halo”. Kita memandang orang yang secara wajah cantik / ganteng dengan sifat
yang mudah beradaptasi, secara sosial baik, pandai, sehat, memiliki kekuatan
untuk menarik orang lain. Biasanya memang kita lebih percaya dengan orang yang
memiliki wajah cantik / ganteng ini. Tapi kadang yang nggak bisa dimengerti
adalah menurut sebuah penelitian, saat di Pengadilan, orang yang memiliki wajah “memelas” cenderung
mendapatkan keringanan hukuman dengan orang yang berwajah “garang” dan “menantang”.
Padahal nggak bisa sepenuhnya seperti ini lho. Ekspresi dari mereka bisa
berbeda, segarang-garangnya orang yang berwajah baby face memasang wajah, tetep
aja keliatan nggak segarang orang yang dari sananya udah berwajah garang (nah
lho bingung kan?).
Jadi
intinya, don’t judge people by their face – don’t judge a book from it’s cover.
Kalau
ingin baca artikel selengkapnya silahkan klik disini
See?
cantik itu bukan perkara fisik saja, tapi dari keseluruhan kepribadian.
Komentar