Malam
terakhir berada di Surabaya untuk liburan ini bertepatan dengan malam minggu.
Tidak ada agenda khusus hingga saya akhirnya tertidur jam 19.30. Seperti
biasa...itu adalah jam-jam kritis mengantuk. Tiba-tiba Bapak menghampiri saya
di kamar dan nanya, kok nggak keluar malam minggu? Dengan mata masih merem saya
jawab, ngapain malem mingguan, mending tidur. Kemudian spontan Bapak mengajak
Ibuk untuk pergi nonton bioskop, saya langsung terloncat dari tempat tidur.
Hah? Dalam rangka apa kok tiba-tiba mau ngajak ke bioskop? Padahal seumur-umur
saya tahu bahwa beliau berdua ini nggak pernah nonton di bioskop.
“Ayok
nonton beskop yok..... Ayo mbak ke beskop yok...” ngajak saya juga. Trus saya
berpikir, jam segini dan kondisinya malem minggu pasti berjubel banget di Mall,
bikin males. Kemudian muncul ide dari saya buat ke Surabaya Night Carnival,
salah satu tempat wisata baru di Surabaya. Sebenarnya udah nggak baru sih, udah
dari tahun lalu...tapi menurut saya ini masih baru. Padahal sehari sebelumnya
saya janjian bareng Bang Kembar dan Gita buat kesana, tapi hujan alhasil
janjian kami pun batal. Kok ya pas malem ini sama Ibuk dan Bapak cuacanya
cerah.
Perjalanan
menuju ke SNCM tidak lama, sekitar 15 menit. Kemudian sampailah kami di tempat
yang dituju, di daerah bunderan Waru masih masuk dikit. Kok parkirannya masih
banyak yang kosong? Ahh mungkin emang parkirannya gede, jadi keliatannya
kendaraan yang parkir jarang. Di loket, hanya ada beberapa antrian dan di pintu
masuknya baru terlihat barisan antrian mengular. Saya beli tiket masuk dulu
yang seharga Rp 25.000 per orang, karena ini weekend jadi lebih mahal dikit
dibandingkan hari biasa yang Rp 20.000. bentuk tiketnya mirip banget dengan
Jatim Park, BNS, dan tempat wisata lain di Batu yang berbentuk gelang. Ada
petugas yang memasangkan gelang ke tangan kami.
Here
we go!
Mata
masih 5 watt, dan kami masuk ke Galeri Suroboyo yang merupakan bangunan pertama
setelah pintu masuk. Di galeri yang berlantai 2 tersebut kami bisa melihat
berbagai hal tentang Surabaya, mulai dari sejarah siapa saja yang pernah jadi
walikota Surabaya, tempat-tempat bersejarah Surabaya dari jaman dulu hingga
kini, foto-foto Surabaya, dan saya tiba-tiba melihat sesuatu yang nggak asing.
Di Galeri itu sedang diputar film “Salah G4uL” yang merupakan film buatan adik
tingkat saya semasa SMA, Abu dan Sahri. Waow...daebak...standing applause buat
mereka... Film dokumenter mereka yang pernah menjadi favorit juri di Festival
Film Pendek Indonesia itu ternyata ditayangkan di tempat ini. Saya jadi nggak
ngantuk lagi deh... hebat ya karya mereka!
Kami
dibawa ke istilah-istilah yang ada di Surabaya, kata-kata yang Suroboyo banget
seperti “Dengkulmu anjlok!”, “Duite mbah Sangkil...”, “Makmu kiper...” yang
kesannya kasar tapi itu semua bermuatan jenaka. Saya kangen banget mendengar
kata-kata macam itu yang sering saya dengar dari jaman SD-SMA, tapi beberapa
tahun ini udah nggak pernah lagi. Ya karena kamu nggak di Sby yun...
Ada
juga berbagai rencana pembangunan kota Surabaya seperti membuat monorail, dan
transportasi laut yang canggih. Makanan-makanan khas Surabaya yang dibuat
menyerupai aslinya serta resepnya membuatnya. Ada juga tulisan-tulisan yang
bisa dibaca hanya lewat kaca, keinget mading yang pernah saya buat waktu kelas
3 SMA dulu. Ini semua produk-produk kreatif hasil pemikiran gila yang sampai
sekarang selalu membuat saya betah ada di dunia penuh imajinasi ini. Keren lah
untuk tim kreatifnya!
Walikota Surabaya dari masa ke masa
panjat pinang a.k.a penek jambe, masih ingat?
hanya orang Surabaya yang tau gimana "mantep"
nya kata-kata ini :D
nya kata-kata ini :D
galeri foto citizen journalism warga Surabaya
makanan Suroboyo-an
Kami
keluar dari Galeri dan berjalan, kok ada suara rame di panggung ya... Ohh
ternyata hari ini lagi ada pementasan, kami pun menuju kesana dan ada foodcourt
di depan panggungnya pas. Waktu saya lihat menunya, ya lumayan lah masakan khas
Sby-an.. Waktu lihat sekeliling, kok banyak yang tutup stan makanannya, hanya
ada beberapa yang buka. Ibu pun segera pesan, dan ternyata cara pesannya beda.
Kami harus beli voucher dulu untuk ditukarkan makanan seharga yang tertera di
menu. Misalkan nih, gado-gado Rp. 25.000 dan jus mangga Rp 15.000. Jadi kami
harus beli minimal voucher Rp 50.000, kan masih sisa Rp 10.000 tuh, bisa kita
pakai buat yang lain. Tapi yang harga Rp. 10.000 nggak ada, jadi harus beli
voucher lagi. Agak mahal memang, ya wajar karena ini tempat wisata.
Pementasan
di panggung ini sepi penonton... ada pementasan ala-ala Cabaret di Thailand,
pesulap, tarian api, ludruk, akrobat, dan beberapa lagi. Cukup menghibur sih...
eh waktu lihat pesulap, saya langsung keinget mas-mas pesulapnya mirip banget
sama bang Indra yang sekarang lagi tugas PPS BRI di Meulaboh Aceh sana. Suer
deh mirip banget, cuman pesulapnya lebih tinggi dikit. Setelah dari pementasan,
kami pun melanjutkan ke tempat lain.
ala-ala Cabaret Thailand
Lah,
kok Bapak mulai nggak kuat jalan. Akhirnya saya dan Ibuk pun ke tempat di dekat
loket depan tadi untuk pinjam sepeda elektrik biar Bapak bisa jalan pakai
sepeda tadi. Harga sewanya Rp 35.000 per jam. Setelah menyewa sepeda tadi,
Bapak belajaran naik dan muter-muter, kita ketawa ngeliat kelakuan Bapak yang
kaya anak kecil baru belajaran bawa sepeda. Saya dan Ibuk pun naik wahana yang
biasa dinamakan “dermulen” sama orang sini. Sebenernya saya lupa namanya apa,
yang kaya gini nih....
Lumayan
tinggi juga lho..untuk naik wahana ini bayar Rp 15.000 per orangnya dan kami
bisa menikmati landscape Surabaya dari atas sini. Huaaa merinding disko karena
jalannya lumayan pelan, jadi pas di atas, kerasa banget angin malam Surabaya
menggoyang-goyangkan kotak tempat kami duduk. Mana di bawah kotak yang saya
duduki ini terbuat dari kaca, jadi keliatan kalo liat bawah. Seruuuuuuu......bisa
lihat jalanan Surabaya dari sisi lain, romantis lagi berdua sama Ibuk.
Setelah
puas naik dermulen. Ada keinginan untuk naik wahana lain, tapi waktu lihat kok
yang naik pada teriak-teriak, dana da larangan untuk penderita jantung lemah,
kami pun mengurungkan niat. Kalo saya insya Allah baik-baik aja, tapi kalo
Ibuk? Kan kasihan... kalo Bapak juga ga mungkin diajak naik wahana begituan.
Kami pun menuju ke bioskop 4D, eh waktu kami datang pintunya tiba-tiba ditutup.
Katanya filmnya mau mulai, dan baru dibuka lagi 30 menit kemudian.
Yaelah....lamanya... trus kami lanjut ke “Beskop 360”, langsung deh kami ber-3
ketawa padahal kami nggak ada pikiran kalo di SNCM ini ada beskop seperti kata
kami tadi waktu berangkat. Waktu saya mau tanya ke mbak tiketnya film apa yang
mau diputer, eh ternyata film sejenis Anoman yang pernah saya tonton di Eco
Green Park, nggak jadi deh akhirnya. Bapak pun juga kurang sreg kalo harus
berdiri nontonnya, karena bentuk layarnya 360 derajat.
Ada
juga Taman Lampion yang menyerupai di BNS. Untuk anak muda sih oke ya, buat
foto-foto disana. Tapi kami nggak deh... cuman gitu-gitu aja kata Ibuk. Saya malah
lebih tertarik naik racing car, kayanya asik deh naik mobil tamia versi
beneran. Waktu lihat mas-mas kompetitornya, lah kok ganas gitu nyetirnya haha
nggak jadi deh akhirnya. Naik mobil biasa aja masih belum stabil ngegas-remnya,
ini malah mau main mobil tamia beneran, yang ada nabrak ban-ban pembatas di
samping-sampingnya mulu.
Permainan
macam ayunan terbang, jet coaster versi serem dan versi agak serem, kora-kora,
rumah gempa, dan banyak lagi wahana lain kayanya ga cukup kalo dicoba hari ini
semua. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 10.30, dan Ibu Bapak udah capek
banget keliling-keliling. Akhirnya kami pun memutuskan untuk meninggalkan
tempat ini. kami melewati rumah lilin, ini semacam museum 3D yang berisi
lukisan-lukisan seperti nyata, tapi sebenarnya tipuan mata. Ada juga foodcourt
ala kampung Arab dan Kya-Kya, di sekitarnya banyak sekali stan-stan jualan dari
jualan baju, asesoris, makanan, tas, hingga jual tongsis disini. Jadi berasa ke
pasar malem tapi ini versi lebih rapi dan tertata. Satu lagi, tempat ini
bakalan nggak seru kalo hujan, karena konsepnya outdoor.
Malam
minggu seru bersama Ibuk Bapak. Meskipun minus satu anggota keluarga, karena
Tita udah balik duluan ke Jogja ngurusin kuliahnya. Saya bersyukur bisa punya
mereka, orang-orang terbaik yang Allah berikan kepada saya dalam hidup ini.
Komentar