What is love?



Cinta.
That’s a reason why there are world...
Cinta – cinta – cinta .
Hingga bosan aku menyebutnya. Hingga kelu lidahku mengatakannya.
Hingga aku bangkit dan jatuh mendendangkannya.
***
Sebuah makna cinta. Siapa yang tahu tepatnya? Sebuah kata cinta tak akan sama dipendapatkan oleh setiap orang. Tak ada kebenaran tentang mutlaknya cinta. Karena kebenaran adalah relatif.
Meskipun tak ada yang menampik cinta memang indah. Namun ada juga yang menyebut dengan terang-terangan ”Love is just bullshit!”.
Bullshit? Betapa terkutuknya!?
Sobat, lihat kutipan perkataan dari cendekiawan Muslim kita satu ini, Jalaludddin al Rumi,
” Dialah yang membuat yang tidak ada menjadi tampak nyata, dan meskipun nyata ada, Dia pulalah yang membuatnya menjadi tidak tampak.”
Sebuah pernyataan bermakna bahwa apa yang dikehendaki oleh Tuhan, pastilah terencana. Begitu juga dengan cinta. Tuhan memberikan cintanya kepada kita dengan napas yang Tuhan beri pada kita, nyawa yang ada di dalam raga, jiwa dan segala yang kita punya. Itulah bukti nyata cinta dari Tuhan.
Namun, Tuhan juga berhak untuk membuat kita sengsara dengan cobaan yang Tuhan berikan. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, semburan lumpur, badai, angin topan dan semacamnya. Jika kita hayati, Tuhan sebenarnya menaruh cintanya pada kita. Namun, Tuhan tak membungkusnya hanya dengan kebahagiaan seperti kenikmatan jiwa dan raga. Tuhan memberi cinta kepada kita dengan jalan, kita diutus untuk selalu tabah, sabar dan tawakkal terhadap segala cobaan yang menimpa kita.
Subhanallah... maha besar Allahu robbi...
Cinta Illahi memang tak usah diragukan lagi.
              Cinta juga datang dari orang-orang yang kita sayang. Orangtua, adik, kakak, saudara dan kerabat. Semuanya, walaupun tak satu per satu menyatakan cintanya. Namun ketahuilah, mereka merupakan bukti adanya cinta Tuhan. Mereka pun juga mencintai kita dengan caranya, yaitu perhatian.
Terutama orangtua yaitu Ibu yang rela memberikan 9 bulan dalam hidupnya membawa kita kemana-mana. Menyusui kita saat kita berusia 2 tahun pertama. Mengajari kita merangkak, berjalan, berbicara, berlari, dan pendidikan lainnya. Beliau memang tiada duanya. Pantaslah jika Nabi Muhammad SAW memberi statement tentang ”Surga ada di telapak kaki Ibu”. Subhanallah... Ibu, I love you forever until the end of time....
              Sebuah cinta kadang disalahartikan sebagai suatu jalan perantara nafsu. Tak jarang, remaja jaman sekarang kadang menyalahgunakan kata ’cinta’ sebagai suatu hal yang tak lagi sakral. Mereka membungkus cinta sebagai suatu hal yang universal-khusus. Khusus ini menyatakan bahwa cinta itu terutama pada gejolak masa muda dilampiaskan pada lawan jenis yang juga membalas atau menerima cintanya. Jika tali komitmen berlanjut, atas nama ’cinta’ mereka rela melakukan apa pun dengan cara ’nafsu’ yang bisa mempertahankan komitmen walaupun badai menghadang. Entah dari ke-2 belah pihak maupun salah satu pihak. Betapa naifnya! Cinta yang tulus dinodai dengan pengkhianatan terhadap nilai-nilai moral dan agama. Sebuah kepercayaan digantungkan di situ.
              Jika memang begini adanya, salah satu pihak ataupun keduanya pasti akan ada yang merasa disakiti. Sebuah komitmen awal telah dilanggar. Cinta bukan hanya untuk menaungi ’suka’ saja, cinta pun menaungi ’duka’. Cinta bukan hanya saat ini saja, boy ! cinta itu pemaknaan pada arti kata komitmen dan kepercayaan yang suci.
              Menangis bukan lagi solusi, pun penyesalan tak ada gunanya. Semuanya telah terlanjur. Memang benar kata fisikawan Blaise Pascal bahwa,
”Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran...”.
Cinta dikendalikan oleh perasaan. Kadangkala memang mengesampingkan sebuah logika yang merupakan anugerah untuk berpikir sehat dari Tuhan.
Cinta memilih ’logika’nya sendiri untuk mempertahankannya.
              Maka, belajarlah mencintai mulai sekarang. Dengan melihat pengalaman dan segala apa yang telah terjadi yang merupakan pembelajaran bagi kita bahwa makna cinta itu sebenarnya apa?
          Yap, itulah sebuah pandangan tentang ’cinta’ menurut saya. Sebuah pandangan yang subjektif, karena tak semuanya pun setuju dengan perspektif saya. Tiap orang pun mempunyai sebuah ’kepercayaan’nya sendiri. Jadi, bagaimana dengan kalian?

Komentar