Kecewa (lagi)



Namanya manusia, pasti memiliki sifat-sifat buruk, yang ga akan kita ketahui di awal perkenalan dengan seseorang. Sifat buruk itu cenderung ditutupi, karena tiap orang pasti akan menampilkan yang terbaik dari dirinya saat berkenalan dengan orang lain. Di Psikologi, istilah faking good.
            Setelah perkenalan, di kehidupan sosial kita perlu menjalin silaturahim bukan? Silaturahim ini yang menjadi proses perkenalan lebih jauh dengan seseorang. Kita bisa mengetahui sifat-sifatnya yang sebenarnya bagaimana, menyenangkan, atau bahkan menyebalkan? Dari situlah kita bisa menilai orang yang kita anggap baik atau tidak baik.
            Namun, sekali lagi, namanya juga manusia. Manusia sempurna yaitu Rasulullah SAW saja lah yang tidak memiliki cela apapun. Kalau manusia lainnya, pasti memiliki banyak cela. Cela inilah yang kadang membuat kita yang memiliki ikatan silaturahim dengannya kadang merasakan kecewa. Kecewa akan sikap, sifat, dan perilaku yang dilakukan oleh individu, membuat individu lain merasa takut, trauma, sedih. Perasaan kecewa ini ga bisa begitu saja dihilangkan, butuh proses lama untuk menghapusnya meskipun sudah berkali terucap kata “maaf”. Maaf yang sejati itu katanya yang bisa menghapus kesalahan di masa lalu.
            Meminta maaf dan memaafkan, hubungan timbal balik ini ternyata cukup rumit. Ada individu yang mudah sekali meminta maaf dan memaafkan, tapi ada juga yang sebaliknya. Melakukan 2 perilaku itu dengan ikhlas adalah sebuah pilihan bukan? Jadi wajar saja kecewa, tapi kecewa itu sebaiknya disimpan saja, tidak perlu lah untuk dinampakkan pada orang lain.

            Anyway, have a nice weekend everybody! Semoga weekend-mu tidak mengecewakan! :D

Komentar