Repost from Tere Liye

Be A Smart Reader

Saya tinggal di Bandung, dan suka ke toko buku. Toko buku yang sering saya kunjungi adalah Toga Mas Supratman, Rumah Buku Supratman, Gramedia Merdeka, dan Gramedia TSM, juga sesekali ke Toko Buku Palasari, dan gerai toko buku dekat Mesjid Salman ITB.
Jika dalam perjalanan keluar kota, lebih suka mengunjungi toko buku dibanding lokasi wisata. Kadang, berdiri menatap kerumunan remaja yang sedang berbisik2 seru memilih buku Tere Liye--dan kalian tidak tahu sama sekali, saya ada di sana. Kadang hanya cuci mata lihat2 buku2 baru, bergerak dari satu tumpukan ke tumpukan berikutnya, dari satu lemari ke lemari berikutnya. Jika ada yang bagus, numpang baca ber-halaman-halaman.

Dulu sekali, jaman kuliah dan setelah kuliah, tempat favorit saya adalah Toko Buku Gramedia Depok; berjam-jam numpang baca. Saking sukanya nongkrong di sana, saya jadikan setting novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin", hitung2 membayar lunas numpang baca gratisan.

Semoga remaja2 hari ini mencintai dunia membaca. Membaca adalah pintu gerbang pengetahuan. Tidak ada uang, tidak masalah, bisa pinjam, numpang ke teman, tetangga. Tidak perlu uang sepeser pun untuk menjadi pembaca.

*repost from Darwis Tere Liye


Menerima

”Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.“

--Tere Liye, novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"; novel perasaan dengan ending menyebalkan. Ada yg lapor bahkan membanting bukunya karena kecewa berat di halaman terakhir

Komentar