Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H

Banyak hal terjadi di Ramadhan tahun ini, berbagai pelajaran yang menjadi titik perubahan hidup saya. Saya sadar, usia sudah tak lagi dibilang remaja. Tahap perkembangan sudah menunjukkan bahwa saya harus "do something" untuk hidup saya, nggak bisa terus-terusan bergantung pada orang tua dan orang sekitar yang notabene mereka tidak merasa saya repoti. Tapi, saya harus berubah. HARUS!

Berbagai doa di awal usia 22 tahun pada April lalu banyak mengalir, semua mendoakan yang baik-baik dan saya mengamini, semoga saja doa tersebut kembali juga kepada yang mendoakan. Beberapa doa tersebut, sudah dijawab dengan indahnya oleh Allah. Saya sangat bersyukur, tentu saja, hingga saat ini masih diberi kesehatan, kebahagiaan, kelancaran dalam berbagai urusan hidup. Salah satunya cita-cita saya menemukan jalannya. Setelah melewati berbagai tes, Alhamdulillah saya dinyatakan lolos Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada tahun ini. Saya mengambil mayor di bidang Klinis. Ibaratnya seperti saya melewati sebuah jalan, kemudian Allah memberi penerangan yang terang untuk membimbing arah saya mencapai titik yang saya inginkan. Subhanallah Walhamdulillah.... 

"Dan nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?"

Lagi-lagi, saya tak ada kata menentang terhadap apa yang Allah gariskan kepada makhluk-Nya. 

Ramadhan ini, juga memberi perubahan bagi keluarga kami, adik saya - Tita, dinyatakan diterima di Universitas yang sama dengan saya, UGM di jurusan Teknik Nuklir. What a world?
Banyak yang berkomentar meragukan, namun ini adalah pilihan hatinya, kita harus berprasangka baik terhadap segala keputusan-Nya. Alhamdulillahirobbil alamin....

Lantas, apa kabar resolusi Ramadhan tahun ini? 
Saya sangat bersyukur bisa diberi kesempatan merasakan i'tikaf di malam ganjil. Haru, trenyuh, pasrah semalam berada di masjid. Ketika tak ingin berhenti membaca Al-qur'an, sholat malam berjama'ah dengan tawadu', membaca ahdist, merenung dan menyadari bahwa diri ini bukan apa-apa di dunia tanpa kehadiran Allah yang Maha Segala. Lailatul Qadr itu nyata adanya, ketika 1000 bulan pun berlutut di hadapan Allah, masih saja belum cukup untuk memuja keagungan-Nya. Betapa hati kosong selama ini menjadi sebuah penyesalan dan titik balik untuk melakukan sesuatu bernilai lebih-lebih dan lebih untuk mengisinya dengan asma Allah. 

Malam ini, Ramadhan harus pergi dan Syawal kini menghampiri. Rasa sedih berpisah dengan Ramadhan, selalu diberi pengganti oleh Allah dengan yang baru, yaitu Syawal, dimana umat Muslim merayakannya dengan berbagai kegiatan yang membahagiakan. Berkumpul bersama keluarga terutama. Tradisi mudik dan merayakan Idul Fitri dengan saling memaafkan antara anggota keluarga dan kerabat menjadi momen yang paling ditunggu. 

"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar... Laa ilahailallahuwallahu akbar... Allahuakbar walilla ilhamd"

Allah Maha Besar....
Tidak ada kata lain selain Allahu Akbar untuk malam ini. Bahagia bisa berkumpul bersama keluarga kecil bahagia ini. Mendengar petasan yang mungkin saja annoying, tapi melihat kembang api berwarna warni menjadi kesenangan tersendiri. Melihat kekonyolan keluarga ini menjadi satu hal yang pasti saya rindukan nantinya.
Ohh...ternyata Allah mengatur hidup saya seperti ini, selama beberapa bulan terakhir menghabiskan waktu bersama keluarga, untuk saya lebih bersyukur kalau sebentar lagi saya bakal jauh dari orang tua untuk menuntut ilmu. Lagi-lagi saya diminta untuk belajar sama Allah menghargai setiap momen dalam hidup. Saya jadi ngebayangin gimana ya perasaan teman-teman saya yang sedang di tanah rantau jauh dari orang tua, ada yang lagi di site pertambangan Kalimantan, di daerah terpencil pengabdian Indonesia Mengajar, ada juga yang sedang on the job training di Jepang. Mereka pasti sangat merindukan keluarganya. Saat seperti ini, hanya doa yang bisa disampaikan serta bantuan alat komunikasi yang sudah memadai.

Besok, bertemu keluarga besar dan bertukar informasi tentang hidup masing-masing. Semoga banyak hal positif bagi keluarga kami. Tak saling membandingkan antar anggota, namun saling menghargai. Tak saling pamer namun saling membantu. Tak saling bertemu tapi saling mendoakan.
Semoga tidak ada pertanyaan basa basi yang membuat sakit hati seperti disini.
Semoga...semoga....dan semoga....semua yang baik-baik terjadi pada kita semua, agar perdamaian tetap terjaga.

Bismillahirrahmanirrahim..
Dengan segala kekurangan diri dan kekhilafan yang pernah saya lakukan, saya mohon maaf lahirdan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri, kawan!
Frohe Feiertage Eid, liebe Freund


Komentar