Psikolog?


Tabel di atas saya dapat dari akun facebook dosen S1 saya yang sudah selesai pendidikan PhD di Nottingham, UK. Beliau mendapatkan artikel mengeni kualifikasi untuk seseorang bisa disebut sebagai psikolog, psikiatri, psikolog forensik, perawat psikiatri tersendiri di luar negeri. 
Hmmm....jadi malu sendiri ketika ada orang menganggap diri ini 'pintar' karena sudah lulus S1 psikologi, dan disebut dengan sebutan 'psikolog' menjadikan diri kadang jumawa. Padahal, yang terjadi bukan seperti itu. Saya masih merasa 'bodoh' dengan ilmu yang telah saya dapatkan selama beberapa tahun lalu, karena itu semua masih belum cukup dan belum ada apa-apanya untuk bisa memenuhi kualifikasi sebagai psikolog klinis. Tengok saja di tabel pertama, untuk menjadi psikolog klinis dibutuhkan pendidikan minimal PhD dan internship setelah itu, setidaknya butuh pengalaman 5 tahun lebih setelah dinyatakan lulus sarjana untuk bisa dikatakan sebagai seorang psikolog klinis. Malu banget...malu....ketika Master aja baru masuk, tapi disuruh nanganin kasus. Benar-benar ga standar pelayanan kesehatan di Indonesia ini.

Saya juga ingin mengatakan kepada teman-teman sesama lulusan S1 psikologi, jangan jumawa dan berbangga diri dengan kemampuan yang dimiliki sekarang. Kapasitas manusia untuk belajar masih lebar, jangan cepat berpuas diri dengan apa yang dipunyai sekarang. Okelah, semisal sekarang sudah diterima jadi staf HRD di perusahaan ternama, dan merasa memiliki cukup pengalaman, tapi tetap tingkatkan ilmu kalian dengan memilih tetap di perusahaan itu selama beberapa tahun atau mungkin melanjutkan sekolah lagi, karena ilmu psikologi itu yang dibutuhkan adalah pengalaman. Mendengarkan orang adalah suatu keahlian, jangan salah. Banyak orang di luar sana yang tidak suka mendengarkan keluh kesah orang lain, tapi orang psikologi pasti terlatih untuk itu. 

Kadangkala saya jadi gemes sendiri ketika ada mahasiswa psikologi yang mengatakan dirinya "psikolog". Oh meeenn! Psikolog darimananya? Jenjang S1 saja belum lulus, kok sudah berani menamakan dirinya "psikolog", sudah berapa kasus yang ditangani? Sudah berapa klien yang datang hari ini? Kok ya dengan percaya dirinya menamakan diri seperti itu, kalau saya sih malu...melebih-lebihkan gelar buat diri sendiri. Ahh..anggap saja bagi mereka itu sebuah motivasi untuk mereka segera lulus dan segera lanjut S2 menjadi psikolog.

Sebagai informasi, pascasarjana di psikologi itu dibagi menjadi 2 yaitu magister profesi psikologi, dan magister sains psikologi. Jika ingin mendapatkan sebutan dan gelar psikolog, maka pilihannya adalah magister profesi psikologi. Namun jika tidak ingin mendapatkan gelar psikolog, namun hanya ingin belajar tentang keilmuan dan metode penelitian lebih dalam, pilihannya adalah magister sains psikologi. Karirnya nanti lebih kepada akademisi, peneliti, dan bukan membuka praktek psikologi.

Jadi, untuk para sarjana psikologi kemana kah jalan selanjutnya yang mau ditempuh?

Komentar