Selamat Ulang Tahun Yogyakarta



Sudah sebulan yang lalu sebenarnya ulang tahun kota eksotis ini. Namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?
Meski setiap harinya saya selalu ngomel karena kemacetan yang semakin menjadi-jadi, tapi saya tahu bahwa Yogya tetap akan mempertahankan ciri khasnya sebagai kota wisata yang nyaman bagi para pendatangnya. Saya juga yakin bahwa Yogya akan terus berbenah diri menjadi kota yang semakin dicintai oleh wisatawan. Bukan hanya sebagai kota wisata, Yogya juga bertabur cendekiawan yang di dalamnya lahir berbagai orang pintar di bidangnya.
Bulan Oktober lalu, sebelum ujian blok pertama, saya menyempatkan diri untuk jalan ke tempat yang siapa pun pasti mengenalnya, Malioboro. Berjalan sepanjang jalan yang dipenuhi patung-patung karya seniman Yogya untuk memeriahkan ulang tahun kota tercinta. 

Kemudian sempat mampir ke sebuah kedai yang menjual makanan jadul alias jaman dulu. Kedai yang bernama Kedai Rakyat Djelata yang ada di bawah fly over Lempuyangan ini menawarkan menu khas desa dengan bentuk tempat makannya yang didesain sedemikian rupa seperti jaman dulu. 



Selama 2 bulan ini saya juga mengalami beberapa kejadian yang mungkin tidak akan saya alami lagi dalam waktu dekat. Peristiwa gerhana bulan total pada tanggal 8 Oktober kemarin membuat saya speechless. Subhanallah...Allah menciptakan gejala alam sedemikian akuratnya sehingga bisa dihitung dan dipelajari oleh manusia. Subhanallah.... gejala alam yang selalu mengingatkan kita bahwa dunia ini selalu berputar, bahwa umur manusia pun semakin hari semakin sedikit.

Foto ini saya ambil dari atas kosan sesaat sebelum ada gerhana bulan, kebetulan di atas kos memang dibuat untuk melihat sunset.

Salah satu orang yang menginspirasi saya agar saya bisa belajar di tempat ini, partner saya, bu Intan. Orang yang mengenalkan saya bahwa hubungan antara dosen dan mahasiswa adalah hubungan pertemanan, namun tetap menjaga profesionalitas pada porsinya. Ketika kamu bisa bercerita tentang kejadian sehari-hari, keluarga, dan apa pun yang kamu alami. Orang yang bisa mengajari saya tentang hidup dan kehidupan, beberapa waktu ini dan mungkin waktu ke depan.


Belajar pun tak melulu harus dari dosen. Dari anak kecil pun, kita bisa belajar tentang hidup. Dari anak kecil inilah, saya belajar bahwa hidup itu tak kenal putus asa. Hidup itu untuk ibadah.
Terima kasih ya Febri dan keluarganya.




Komentar