See the good in others

Tepat hari ke-20 berada di RSJ Lawang, membuat saya banyak mengalami transformasi diri.
Saya mendapatkan berbagai pengalaman berharga, dari para pasien, Perawat, dan teman-teman Praktikan dari profesi lainnya. 

Dari pasien yang sedang saya tangani sekarang, saya belajar bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga. Bagaimanapun juga, Ibu adalah sosok terpenting dalam hidupnya yang membuatnya bisa berperilaku sedemikian rupa. Keluarga sangat berperan dalam segala aspek kehidupan individu. Tahap perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh keluarga, terutama Ibu dan Bapak.

Kehilangan salah satu dari mereka, membuat kehidupan individu akan pincang. Tidak hanya sedih, tapi juga itu stresor terberat dalam hidup yang banyak membuat orang menjadi kehilangan arah hidupnya. Bagaimana individu menangani permasalahan dalam hidupnya itulah yang menjadi pilihan. 

Dari pasien pula saya belajar bahwa pentingnya humor dalam hidup, bagaimanapun keadaannya. Akan lebih ringan ketika menanggapi permasalahan dengan sedikit humor. Menekan perasaan adalah hal yang tidak dianjurkan. Kita punya teman yang bisa diajak untuk berbagi. Teman itu bisa dari keluarga, atau dari sahabat yang kita punyai selama ini. Setiap orang pasti setidaknya memiliki satu orang sahabat yang bisa diajak untuk berbagi, meskipun tidak selalu ada dalam suka dan duka.

Hal-hal lucu setiap harinya saya temukan selama di RSJ. Kami yang setiap hari memakai jas putih sudah biasa dipanggil dengan sebutan "Dokter Muda", padahal sebenarnya kami adalah "Psikolog Muda". Saat di jalan tiba-tiba ada yang mengajak salaman dan berkenalan, itu sudah tidak terhitung jumlahnya. Saat di ruangan, tiba-tiba disamperin oleh pasien dan diajak mengobrol mulai dari hal yang nyata hingga hal yang random. Masuk ke dalam halusinasi dan waham mereka, seakan-akan menajdi makanan kami sehari-hari. Setiap individu memiliki perilaku yang khas, dari cara jalan, potongan rambut, bentuk badan, dan cara memandang kami. Ada yang penuh rasa ingin tahu hingga rasa curiga. Ada yang duduk di bawah pohon selama berjam-jam, hingga tertawa sendiri sepanjang hari. Semua itu kami temukan selama di RSJ. Bahkan ada teman saya yang sampai sekarang dikejar-kejar oleh pasien laki-laki karena dianggap mirip dengan mantan istrinya.

Begitulah kehidupan, meskipun laporan belum selesai dan case conference semakin dekat, kami saling menguatkan. Saling menyemangati untuk bisa membuat hidup pasien menjadi lebih baik, dan dia bisa diterima dengan baik ketika nantinya pulang dari RSJ dan kembali ke masyarakat. Hal yang paling membahagiakan bagi kami adalah melihat pasien menjadi lebih baik hidupnya dan bisa produktif dalam hidup. Ia kembali sehat. 

Di RSJ menurut sebagian orang adalah hal yang mengerikan. Tapi saya menemukan sisi lain, bahwa berada di RSJ menjadi bagian dari hidup yang tidak semua orang bisa merasakannya. Siapa sih yang bercita-cita menjadi sakit? Apalagi sakit mental... Stigma yang ada di masyarakat menjadikan kengerian orang dengan gangguan jiwa semakin nyata. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, kita tidak dianjurkan untuk berbuat buruk apalagi mengucilkan mereka. 

Lihatlah sisi baik dari orang tersebut, apakah dia pernah menyakiti kita?

Orang dengan gangguan jiwa juga manusia, mereka berhak atas hidup, berhak atas kesetaraan hak dan kewajiban sebagai manusia. 

Orang dengan gangguan jiwa juga berhak melanjutkan hidupnya, menjadi bahagia, menjadi bagian dari masyarakat kita.

Orang dengan gangguan jiwa bukan untuk dikucilkan, mereka berhak untuk dihargai atas hidupnya. Produktivitas mereka memang tidak seperti kita yang memiliki kemampuan sebagai orang normal, tapi mereka telah berusaha melakukan apa yang terbaik dari apa yang bisa mereka lakukan.

Saya menjadi sedikit sentimentil ketika mendengar banyak orang yang mengucilkan mereka, menjadikan mereka sebagai momok yang menakutkan. Padahal mereka juga memiliki hati, mereka menahan semua beban yang membuat mereka menjadi seperti sekarang. Kritikan, cercaan dan segala kemarahan yang ditujukan kepada mereka merupakan makanan sehari-hari yang mungkin mereka alami di luar sana.

Pada awalnya saya memang takut dengan keberadaan mereka. Tapi rasa sayang dan keinginan untuk berafiliasi dengan sesama manusia apapun keadaannya mengalahkan rasa takut saya. Melihat kebaikan dari orang adalah kuncinya. 

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Melihat dari kekurangannya saja itu hal yang tidak adil. Yang lebih adil adalah melihat kelebihan dari orang lain, meskipun itu tidak mudah pada awalnya. Tapi saya yakin, seiring berjalannya waktu akan bisa terbiasa. Melihat kebaikan jauh lebih mudah dibandingkan melihat kekurangan dari individu. 

So, let's we see the good in others. 

Ada beberapa quotes favorit saya tentang menyebar kebaikan kepada orang lain yang semoga bisa menjadi inspirasi dalam melakukan kebaikan dimanapun dan kapanpun. 







Komentar