Titik Balik

Bulan terakhir di tahun ini menjadi momen terbaik untuk berkontemplasi, apa yang sudah kita lalui selama hampir 12 bulan terakhir? Hal baik dan hal buruk apa yang sudah kita lakukan sealama 1 tahun terakhir?
Semuanya.... Marilah sejenak merenungkannya...

Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 15 menit kita melakukannya. Proses yang diawali dari bulan Januari. Dimana saya masih berkutat dengan perkuliahan dan ujian-ujian, hingga akhirnya bertemu dengan liburan di akhir bulan. 

Februari, yang kata orang penuh dengan kasih sayang. Di awal bulan masih merasakan liburan, ber haha-hihi dengan teman-teman dekat di Malang. Hingga harus kembali ke perantauan demi meneruskan perkuliahan dan berkutat kembali dengan praktikum-praktikum.

Maret, April, Mei. Saya masih berkutat dengan perkuliahan. Bertemu klien, melakukan asesmen hingga intervensi. Membaca berbagai jurnal. Begadang demi membuat sejilid HPP untuk kemudian Ujian di bulan Juni. 

Bulan Juni, saya pun harus menghadapi kenyataan bahwa ini adalah bulan terakhir berada di kelas untuk merasakan teori dan praktikum. Selanjutnya, persiapan menghadapi praktek kerja profesi. Melewati retreat di kelas, berproses dan kembali merenungi 6 bulan terakhir dalam hidup saya apakah siap untuk menghadapi 6 bulan ke depannya?

Awal bulan Juli, siap tidak siap, pasti tidak pasti, saya menghadapi Praktek Kerja Profesi Psikolog. Sendirian berada di Puskesmas, dengan bekal yang sudah saya terima selama setahun terakhir. Ada gamang, keraguan, canggung, rendah diri menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri ini. Bertemu dengan berbagai macam orang, dengan berbagai problematikanya. Mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan adalah modal utama. Membantu mereka menjadi merasa lebih baik, pada akhirnya menjadi hal yang sangat sangat membahagiakan. Merasakan hari Raya Idul Fitri hanya 2 hari menjadi hal yang tidak pernah saya lupakan.

Agustus, menghadapi kenyataan masih berada di Puskesmas. Mulai santai, rileks, mengalir apa adanya. Menikmati perjalanan ini sebagai proses. Kelaparan, sepi, jenuh, suntuk, capek, menjadi pewarna hari-hari saya. 

September, akhir dari stase Puskesmas yang pada akhirnya sangat saya rindukan. Kenal dengan berbagai macam orang di tempat kerja ini, merasakan bagaimana melayani masyarakat secara langsung, membuat saya menjadi mencintai pekerjaan ini. Bersiap menghadapi stase berikutnya, Rumah Sakit Jiwa Malang. Diawali dengan ketidak pastian, saya memberanikan diri melangkahkan kaki masuk ke dalamnya, bergumul dengan berbagai macam orang yang sangat jarang saya temui di kehidupan biasanya.

Oktober, menjadi ladang pembelajaran terbaik saya. Menangis, haru, tertawa, sedih, trenyuh. Berbagai emosi lengkap saya rasakan. Memberikan yang terbaik adalah upaya pertama dan terakhir yang saya lakukan.

November, berpindah ke PSAA kembali ke Yogyakarta. Merasakan lagi berbagai emosi dengan orang yang berbeda-beda. Bagaimana memeluk mereka dari dekat. Yang dulu saya tak bisa melakukannya, di bulan ini saya bisa melakukannya. Menempuh jarak yang tak tanggung-tanggung, kadang bersama teman, kadang sendiri. Menembus gelapnya malam dan lebatnya hujan, demi menemui anak-anak yang tersenyum tulus pada kami. 

Desember, kembali ke kehidupan Puskesmas untuk seminggu. Dan menghabiskan liburan akhir tahun kembali lagi ke tempat saya berasal, pulang. Kembali sadar bahwa saya telah melalui berbagai hal mengesankan dalam hidup 1 tahun terakhir. Perbandingan antara saya saat ini dan saya 6 bulan yang lalu cukup signifikan, terutama dalam memahami individu.

Tahun ini menjadi tahun titik balik dalam hidup saya, bahwa apapun yang kita persepsikan baik, nantinya akan menjadi baik. Begitu juga yang telah saya alami, awalnya saya mempersepsikan bahwa PKPP adalah hal yang sangat sulit namun pasti bisa saya lalui, dan inilah saya sekarang. Melalui PKPP dengan segala lika likunya dengan tak mudah namun juga tak sulit, hingga saya masih bisa bernapas seperti sekarang. Kalau boleh memilih, saya sangat bahagia merasakan bagaimana bisa turun langsung ke masyarakat, memeluk mereka dari dekat, dibandingkan dengan membuat kebijakan yang belum tentu pro rakyat. Entahlah, itu idealisme masa muda ini, namun saya tak tahu lagi jika pemikiran itu akan berubah di kelak nanti. Yang penting, kita berani untuk melakukan perubaha baik pada diri sendiri, untuk menginspirasi orang lain.

Mencari ilmu memang tidak melulu tentang altruisme, kata Maudy Ayunda.  
"Saya belajar ini ingin bisa bermanfaat untuk orang lain...."
Begitu juga sabda Rasulullah, "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya..."
Namun, saya yakin bahwa memang kita diciptakan untuk bisa bekerjasama saling bisa bermanfaat, di samping kita menuruti passion dari ilmu yang kita dalami. 

Sekian dulu postingan pagi hari di penghujung akhir tahun 2015. 
Resolusi 2016 saya, yaitu UJIAN HIMPSI dan LULUS S2. Bismillahirrahmanirrahim....
Bagaimana resolusimu?

Komentar