Blitar, here we go!



Liburan Natal lalu, saya memutuskan untuk pulang ke rumah Surabaya karena saya merasa butuh mengistirahatkan pikiran sejenak dari rutinitas di Yogya. Ya, setelah menjalani masa PKPP selama hampir 1 semetser terakhir, saya mengalami proses yang luar biasa.  Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya kita butuh waktu untuk diri kita sendiri. Sudah sekian banyak waktu tercurahkan untuk menjadi pendengar bagi orang lain, sekaranglah saatnya mendengarkan diri sendiri. Terkadang, seorang Psikolog juga membutuhkan angin segar untuk menyegarkan pikiran yang bisa lelah karena menjadi tempat curahan hati bagi orang lain. Bukannya tidak menyenangi pekerjaan itu, tapi setiap pekerjaan butuh yang namanya jeda untuk diri sendiri.
Saya bahagia bisa menjadi orang yang bisa ada bagi orang lain. Saya senang bisa setidaknya meringankan beban orang lain dengan cara mendengarkan segala ceritanya. Saya dengan senang hati berusaha untuk menjaga kepercayaan atas cerita yang mereka ungkapkan kepada saya. Saya menikmati segala proses dalam kehidupan orang lain yang ia bagi dengan saya. Namun ada kalanya tubuh dan pikiran memerlukan release untuk bisa berfungsi secara lebih maksimal.

Pulang....

Adalah satu kata yang paling ditunggu di akhir semester 3.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dari kata “rumah”. Apalah arti sebuah perjalanan, tanpa kata “pulang” di dalamnya.
Meskipun diwarnai dengan adegan sakit di kala pulang, saya bahagia bisa berada di rumah. Apakah ini yang namanya “homesick”, alias sakit saat di rumah. Tidak ada orang yang lebih diinginkan untuk hadir di saat kita sakit, kecuali Ibu. Iya benar, ibu yang paling mengerti kondisi dan memahami setiap perubahan pada diri darah dagingnya.

Tapi bukan orang tua saya namanya kalo nggak ngajak ngebolang, meskipun anaknya lagi sakit. Seperti biasa, Bapak lagi ngidam untuk jalan-jalan napak tilas warisan budaya di Indonesia. Apalgi kalau bukan Candi. Kali ini Bapak ingin menyambangi Candi Penataran yang ada di Blitar. Hari Natal dimana jalanan dipenuhi oleh padatnya kendaraan membuat kami berangkat malam hari supaya nggak ramai. Awalnya ke rumah saudara saya yang ada di kaki gunung Kawi, sampai di sana tengah malam. Kemudian pagi harinya berangkat ke Blitar. Berbekal peta dari google map, Candi Penataran terdeteksi dengan mudah.

Tapi bukan Bapak saya namanya kalau nggak nyeleneh. Bukannya fokus menuju Candi Penataran, eh malah ngajakin ke Makam Bung Karno. Alhasil, kita belok dulu deh ke Makam Bung Karno buat ziarah. Kawasan tersebut jadi tempat wisata dan daya tarik tersendiri bagi kota Blitar. Meskipun pake acara muter-muter dan eyel-eyelan dulu buat cari parkiran, akhirnya dapet juga sih parkiran yang kosong. Dari parkiran menuju makam kita jalan lumayan jauh, kalo mau nggak capek bisa naik becak. Sepanjang jalan itu dipenuhi dengan toko-toko oleh-oleh dari baju hingga makanan khas Blitar. Biaya masuknya tidak dipatok tarif khusus, seikhlasnya dengan lapor dulu ke bagian keamanan. Masuk ke area makam, ada gapura besar yang dibangun dengan bagus. Terdapat sebuah gedung perpustakaan yang isinya sejarah tentang Indonesia, sejarah tentang almarhum Pak Soekarno tentunya. Ada sebuah patung besar Bung Karno Pak Karno sedang membaca dan duduk di area depan pintu masuk. Padahal tadi di jalan panas banget, waktu masuk ke area sini cukup dingin karena ada air mancurnya.
Ketika berada di area makam, saya agak heran dengan orang-orang ini yang mengabadikan diri di depan pusaran Presiden pertama Indonesia. Kalau saya pribadi, memilih untuk mendoakan saja daripada berfoto ria menggunakan tongsis. Terlihat sangat aneh. Setelah selesai berdoa, kami melanjutkan perjalanan ke pintu keluar yang ternyata berisi berbagai dagangan khas Blitar. Karena Bapak saya termasuk salah satu orang yang iseng dalam membeli barang, berhentilah bapak di satu kios dan membeli kendang. Entahlah buat apa, padahal di rumah udah penuh barang-barang. Ya udahlah yang penting bapak seneng.

Setelah selesai dari Makam Bung Karno, perjalanan dilanjutkan ke Candi Penataran. Subhanallah panasnya... bener-bener seperti terbakar, karena kami nyampe sana jam 12 siang, dimana matahri lagi menyengat dengan teriknya. Masuk ke area candi, kami tidak diatrik biaya tertentu, yang penting seikhlasnya. Sebelum masuk, bapak berhenti dulu di sebuah warung untuk beli kopi dan makanan kecil yaitu jadah, itu semacam ketan yang digoreng. Biasanya di Surabaya menyebutnya lepet. Kami sebenarnya sudah cukup puas melihat Candi Penataran dari kejauhan, tapi ya masa Cuma ngeliat dari jauh, sedangkan perjalanan yang ditempuh udah sejauh ini. Ya masuk lah kami... kompleks Candi Penataran cukup luas, dan bangunannya masih cukup baik. Terlihat dari ukiran relief-reliefnya masih jelas, dan tidak terlalu banyak pugaran di sana sini. Terlihat terawat juga. Saya jadi semakin kagum dengan kekayaan leluhur kita dulu, mereka memiliki budaya yang sangat tinggi, terlihat dari bangunan yang dibuat sungguh artistik. Ini adalah candi peninggalan Hindu. Sebenarnya saya penasaran dengan isi cerita relief-relief yang ada di setiap candi, tapi karena tidak ada tour guide, jadi tidak ada yang bisa menjelaskan. Setelah puas berkeliling, kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Tapi kali ini pulangnya lewat kawasan yang dilewati letusan gunung Kelud. Wahh seru nih kayanya, dan benar... jalannya sempit, harus bergantian karena jalannya baru saja diperbaiki, akibat rusak terkena lahar Gunung Kelud 2 tahun yang lalu. Subhanallah.... Allah kalau sudah berkehendak, apapun bisa terjadi ya. Pulangnya, kami sengaja lewat daerah yang bernama Pare, yang terkenal dengan Kampung Inggrisnya. 

 salah satu pesan dari alm Bung Karno yang menancap kuat di benak

 bagian depan Candi Penataran

 relief Candi Penataran

 salah satu patung di Candi Penataran

Well, ini adalah liburan yang mengesankan bersama kedua orang tua. Meskipun nyampe rumah semuanya langsung tepar karena kecapekan, setidaknya hormon endorfin kembali naik dan saya sudah sembuhhhh.... Thanks God.

Komentar

willova mengatakan…
emang candi penataran itu salah satu tempat wisata yang jadi spot favorit bagi orang-orang sebagai yang lagi cari temapt foto prewed