Review Film

Beberapa waktu yang lalu, saya menyadari kalau minat baca saya terhadap buku menurun. Malah saya lebih banyak nonton film. Yaa filmnya tidak harus yang lagi diputar di bioskop, banyaknya sih film yang udah agak lama, tapi baru sempat saya tonton versi “download dari warnet” nya. Ini adalah daftar beberapa film yang saya tonton di tahun 2015.
1.      Dimulai dari akhir tahun 2015, ada JAFF yang merupakan festival film se Asia yang diadakan di Yogyakarta tiap tahunnya. Beberapa sutradara terkenal seperti Ismail Basbeth dan Ifa Isfansyah merupakan pemrakarsanya. Pada tahun 2014 lalu saya sempat mendatangi salah satu film yang lagi diputar dengan hanya membayar Rp 5000,-. Pada tahun 2015, festival ini kembali diadakan di beberapa titik di Yogyakarta selama 1 minggu. Tempat utamanya di Taman Budaya dan XXI Empire. Nah, saya menonton 3 kali di 2 tempat ini.

  • Film pertama yang saya tonton berjudul “NAY”. Genre film ini termasuk unik dan berbeda dari film-film yang biasa kita tonton, yaitu dengan monolog. Ceritanya yaitu seorang perempuan bernama Nayla yang biasa dipanggil Nay, ia mengemudi mobil di jalanan Jakarta. Selama mengemudi itulah berbagai emosi dan cerita mengalir dengan sendirinya. Bagaimana seorang Nay yang merupakan artis dan calon bintang film ini mengalami gejolak batin. Bagaimana masa lalunya yang menjadikan dia seperti sekarang. Bagaimana prosesnya ia bisa survive menjalani kehidupannya dari kecil hingga saat ini. Nay menceritakan dengan gaya bahasa yang ritmis namun mudah dipahami. Setelah film diputar, penulis sekaligus sutradara dari film ini yaitu Djenar Maesa Ayu membuat diskusi terbuka. Bersama dengan pemain utamanya, Sha Ine Febriyanti yang jauh lebih terlihat muda ketimbang di film. Kagum sama cara mereka dalam membuat karya, kagum dengan kreativitas dan spontanitas ide, dan banyak hal lainnya terkait kepenulisan dan mewujudkan kreativitas menjadi karya. “Nulis nulis aja.... ga usah peduliin bacotan orang...” Ampun.... siap deh mbak Djenar
  • Film selanjutnya berjudul “Natalan” yang membuat saya “baper” alias kebawa perasaan. Gimana enggak, ini cerita tentang anak yang merantau kemudian pada saat Natal dia tidak bisa datang ke rumah Ibunya di Yogyakarta tapi malah nurutin istrinya ke rumah mertuanya. Padahal ibunya sudah membuat masakan dan menunggunya hingga malam, sendirian. Endingnya, Ibu ini benar-benar ikhlas saat sang anak menelepon kalau tidak bisa datang ke rumah, dan ibu itu bilang... “Yo wis rapopo.....”. Aaaaak.... rasanya hati saya tercabik-cabik, akan kerinduan pada Ibuk.
  • Semalam Anakmu Pulang, judul film Indonesia selanjutnya. Film pendek ini menceritakan tentang kisah orang tua yang tinggal di Desa dan membayangkan bahwa sang anak masih ada di rumah dan menumbuk padi. Saya pribadi kurang paham sama maksudnya, tapi ini semacam perwujudan kerinduan orang tua kepada anaknya yang merantau dan tak kunjung pulang. *kemudian baper lagi
  • Film Jepang yang ga tau judulnya, ini bercerita tentang 2 orang teman saling berbincang di tengah hutan. Nggak jelas mereka ngobrolin apa, ya iyalah pakai bahasa Jepang dan meskipun ada subtitlenya saya masih nggak paham ini film tentang apa. Malah ada adegan tidur di tengah-tengah film, ya alhasil kami juga pada tidur lah, boring banget deh pokoknya nih film. Endingnya ga jelas, ada beruang. Udah gitu doang, kami dibuat cengo dan ngambang.
  • Battle of Surabaya. Film animasi keren dari AMIKOM Yogyakarta ini udah menembus pasaran dunia. Keren banget memang, menceritakan tentang kejadian 10 Nopember di Surabaya. Tapi sayangnya, film yang kami tonton pakai bahasa Inggris, ga greget banget jadinya. Padahal pengisi suara aslinya ada Maudy Ayunda dan Reza Rahardian kalo yang versi Indonesia. Logat-logat Suroboyo-nya ga dapet banget, entah agak kecewa aja jadinya meskipun secara animasi patut diacungi 4 jempol.
  • Comic 8. Film yang diperankan oleh para Comic alias para stand up comedy dan Indro Warkop ini pakai bawa-bawa nama RSJ, jadinya saya merasa terpanggil kan... ini semacam film Warkop DKI tapi versi modern, alias versi kekinian dan canggih, animasinya juga lumayan lah ya.. meskipun humor-humor yang ditampilkan rada-rada hmm... ya begitulah. 
  • Endless Love. Film drama tentang perjuangan seorang laki-laki yang memendam cintanya pada teman di sekolahnya selama 3 tahun hingga lulus. Pada satu kesempatan, cowok ini bisa berkenalan dengan cewek yang ditaksirnya itu. Cewek ini adalah cewek yang pintar, tertutup dan berasal dari keluarga yang benar-benar akademis. Berbagai usaha dilakukan demi mendapatkan cinta cewek ini, tapi terhalang oleh ayahnya yang ternyata pengen anaknya menjadi dokter tanpa memikirkan masa-masa remaja anak yang tidak bisa diulang untuk kedua kalinya. Konfliknya sebenarnya sederhana, tapi dikemas begitu kompleks dan banyak hiasan di sana sini. Bagus lah 
  • Cintaku di Saku Celana. Film ini bercerita tentang seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan yang selalu ditemuinya di stasiun kereta api. Udah lama banget laki-laki ini jadi secret admirer perempuan itu, tapi nggak berani mengungkapkan. Konflik terjadi laki-laki ini mau ngirim surat cinta ke perrmpuan, tapi malah kecantol di seorang preman bernama Gubeng yang asli Surabaya. Haha kenapa saya ketawa? Karena nama itu berasa familiar sekali di telinga saya yang asli orang Surabaya. Tapi pada akhirnya surat cinta itu malah ada di tangan mafia narkoba yang berujung pada laki-laki ini dituduh jadi pengedar narkoba. Endingnya menyedihkan, tapi ada pelajaran berharga dari film ini bahwa kalau laki-laki memang menyukai seseorang, bilanglah dengan berani, keburu dia sama orang lain. 
  • Biola Tak Berdawai. Film yang penuh dengan pesan moral. Saya heran, kenapa film yang saya tonton selalu berhubungan dengan apa yang baru saja saya alami. Apa saya yang kelewat baper? Hahaha kayanya alasan yang terakhir deh. Film ini berkisah tentang seorang perempuan mulia yang merawat seorang anak dengan keterbelakangan mental dengan sangat ikhlas. Ia merawat anak tersebut karena pernah kehilangan janin yang dikandungnya karena keguguran, sehingga ia ingin seklai menjadi seorang Ibu. Kehidupannya berubah ketika bertemu dengan seorang pemain biola yang diperankan oleh Nicholas Saputra. Anak yang bernama Dewa tersebut yang selama ini tidak pernah mau menengadahkan kepalanya, kali ini mau menengadahkan kepalanya ketika mendengarkan permianan biola Nicholas Saputra. Anak ini juga meminta gesekan biola dan ingin membawanya pulang. Semenjak itu, Dewa dan Nicholas menjadi akrab. Namun takdir berkata lain, ketika Nicholas telah menyelesaikan simfoni yang terinspirasi dari Dewa dan perempuan itu, yang terjadi perempuan tersebut divonis terkena kanker rahim dan meninggal dunia. Sedih banget... Film ini mengingatkan saya tentang kehidupan di PSAA, dimana juga menampung anak-anak bayi yang kurang beruntung sebelum ada yang bersedia mengadopsinya. Pekerjaan mulia yang selalu membuat hati luluh lantak. 
  • Mask. Ini sih film seri Korea, ceritanya secara singkat adalah seorang gadis miskin yang wajahnya mirip dengan seorang gadis kaya. Karena permaian politik dalam keluarga, gadis kaya ini meninggal dunia dan digantikan posisinya oleh gadis miskin ini. Ceritanya memang penuh dengan konflik tentang harta dan kekuasaan, ya namanya juga film drama ya. Sebenarnya sih kalau di kehidupan nyata, ini ceritanya khayal banget. Tapi berhubung ini drama jadi maklumin aja ya, dan saya nonton dong sampe tamat. Haha... 
  • Denias, Senandung di Atas Awan. Film tentang seorang anak di pedalaman Papua yang berjuang demi mendapatkan pendidikan. Kearifan lokal di daerah Papua juga diangkat secara nyata di film ini. Inilah yang membuat saya mengakui bahwa ini termasuk film Indonesia yang bermutu. Diangkat dari kisah nyata yang membuat bulu kuduk merinding, ternyata ada lho kisah ini di belahan negara kita. 
  • King. Film tentang perjuangan seorang anak di daerah Jember yang ingin jadi atlet bulu tangkis. Ia dilatih dengan sangat keras oleh Bapaknya yang merupakan pendukung setia bulu tangkis  Indonesia. Ia selalu menajdi komentator ketika ada turnamen bulu tangkis seperti Thomas Cup. Konflik khas anak remaja dengan Bapaknya disajikan dengan epic, meskipun ada beberapa hal yang saya nggak paham. Tapi overall, film ini membuat semangat kita semakin menyala dan bangga akan anak bangsa yang memiliki semangat juang untuk mencapai cita-citanya. 
  • 50 First Dates. Film tentang seorang laki-laki playboy yang berprofesi sebagai dokter hewan laut, khususnya singa laut di Hawaii. Pada satu waktu tak sengaja dia kehujanan dan berteduh di sebuah kafe. Di kafe itulah ia bertemu dengan seorang wanita yang cantik, dan berniat mengajaknya berkenalan. Perempuan itu ternyata memiliki sebuah gangguan di otaknya, dimana ia tidak ingat tentang kejadian hari ini dan setelahnya, tapi dia mengingat kejadian dimana ia sebelum berada di kafe. Paham nggak? Hehe... maksudnya dia mengalami amnesia terhadap kehidupannya sebelum ada di kafe. Ia mengalami sebuah kecelakaan mobil bersama Ayahnya karena menghindari seekor sapi dan menabrak pohon. Saat itu ia pulang dari mengambil nanas untuk ulang tahun Ayahnya.  Setelah kejadian itu, ia memiliki ingatan bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Ayahnya, dan ia pergi sarapan di kafe tersebut. Rutinitas itu ia ulang setiap harinya, padahal sebenarnya waktu sudah berjalan selama 2 tahun. Ayah dan Kakak laki-lakinya selalu menyiapkan hari sesuai yang diinginkan oleh perempuan ini supaya tidak menyakitinya. Cerita cinta yang epic dan unik, karena kesetiaan laki-laki playboy ini yang membuktikan bahwa perjuangannya bukan tidak sia-sia, tapi setidaknya memberikan hasil kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. 
  • The Curious of Benjamin Button. Pasti sudah banyak yang menonton film klasik ini. Film yang mengisahkan perjalanan hidup seorang bernama Benjamin Button. Ia dilahirkan dengan rupa yang sangat tua, bertubuh bayi ringkih. Ia dibuang oleh ayahnya sendiri, kemudian diasuh oleh Queenie yang merupakan pengasuh di sebuah panti wredha. Rupanya Queenie ini seseorang yang sangat baik hati, ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Kemudian ketika menginjak usia remaja, kerutan-kerutan di tubuhnya perlahan mulai menghilang. Ia jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Daisy, cucu seorang lansia yang tinggal di Panti Wredha tersebut. Perpisahan yang cukup lama, konflik-konflik hebat yang mereka alami, ternyata dijawab oleh takdir. Mereka kembali dipertemukan di satu titik dan memiliki seorang anak bernama Caroline. Namun kisah ini tidak serta merta happy ending, di akhir cerita Benjamin tutup usia di pangkuan Daisy dengan rupa kembali menjadi bayi dengan damai. 
Sebenarnya masih banyak lagi sih, tapi saya masih agak-agak enggan buat nulis (bilang aja males :p). Jadi, di postingan selanjutnya ya kita bahas... 
 

Komentar