Jemparingan



Kalau dibilang Jogja itu istimewa, memang iya. Berbagai kegiatan unik dilakukan di tempat ini, mulai dari yang berbau tradisional hingga modern. Salah satunya adalah jemparingan, sebuah olahraga memanah dari jaman Jawa kuno yang dilestarikan hingga saat ini.

Saya diajak untuk mengenal apa itu jemparingan oleh seseorang yang tertarik dengan jemparingan. Ia sudah membeli peralatan yang memang setiap orang pasti berbeda, kalo sekarang istilahnya custom. Sebelum membuatnya, pembuat panah harus wawancara dulu dengan orang yang akan memakai panah tersebut. Filosofinya adalah panah tersebut mencerminkan pemakai panah itu sendiri. Antara satu orang dengan orang lainnya bisa berbeda, disesuaikan dengan kepribadian calon pemakai panah tersebut.

Jadwal latihannya setiap sore hari, dua minggu sekali di suatu lapangan Universitas. Dimulai dari pemanasan, karena kalau nggak pemanasan bisa-bisa yang ada cidera. Kelihatannya memang mudah, tinggal menarik anak panah untuk membidik sasaran yang ada. Namun, prakteknya tidak semudah itu. Kita diharuskan untuk fokus pada tujuan dan sasaran yang kita inginkan. Olahraga ini membuat kita untuk bisa mengolah rasa, menyingkirkan segala distraksi di sekeliling demi mencapai tujuan. Olahraga ini juga mengajarkan kita untuk olah pikiran. Bahwa tujuan itu pasti bisa dicapai selama kita mampu berpikir jernih. Hasilnya, anak panah diluncurkan dan tiap sasaran punya nilai yang berbeda-beda. Jika berhasil menancapkan anak panah di tengah, maka nilainya paling tinggi. Hingga ada salah satu mahasiswa doktoral psikologi UGM yang mengangkat tentang jemparingan menjadi penelitian disertasinya. Wuiii keren ya!

Posisi duduk juga sangat berpengaruh. Kita tidak boleh duduk sembarangan saat memanah ini. Posisinya bersila kemudian menghadap miring dengan duduk tegak. Jika tidak sesuai, maka bagian-bagian tubuh akan biru-biru. Saya melihat sendiri bagaimana pentingnya pemanasan, postur yang sesuai saat memanah sangat mempengaruhi kesehatan. Ada yang lengannya sampai biru-biru dan bengkak karena latihan yang cukup berat namun juga pemanasan yang kurang.

Well, siapapun yang tertarik bisa saja langsung bergabung karena klub ini menerima siapapun itu yang memang berniat untuk ikut. Mulai dari usia remaja hingga lansia, orang asing pun bisa mengikutinya, karena siapapun berhak untuk menjadi bagian dari olahraga tradisional ini.


Sumber: rananusantara.wordpress.com


Komentar