Globalisasi diartikan sebagai proses
yang menghasilkan dunia tunggal (Robertson, dalam Sztompka, 2004) masyarakat di
seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan, politik,
ekonomi dan budaya (Sztompka, 2004). Dari aspek budaya, terlihat kemajuan
keseragaman. Media massa, terutama TV, mengubah dunia menjadi sebuah dusun
global (global village). Informasi dan gambar peristiwa yang terjadi di tempat
yang sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu bersamaan. Menurut
Giddens (2001), globalisasi berkaitan dengan tesis bahwa kita semua sekarang
hidup dalam satu dunia.
Satu dunia? Nah, memang sebelumnya
berbeda dunia? Bukankah dunia atau bumi ini hanya satu, menurut para ilmuwan
astronomi.
Tapi,bukan itu yang ingin saya bahas.
Keseragaman yang sekarang dianut oleh masyarakat dunia menjadikan seluruh warga
dunia menjadi satu, dalam sebuah komunitas yang menyatukan.
Ya, salah satu contohnya adalah karena
gadget. Gadget apa sih yang paling ngetren beberapa tahun terakhir? Apalagi
kalau ga blackberry. Kalau OS sih apple dan android yang sekarang lagi saingan.
Ada positif dan
negatifnya dari globalisasi ini. Positifnya, kita dapat mengakses informasi apa
pun di manapun karenanya, tapi negatifnya, bebasnya informasi ini kadang tidak
diimbangi dengan penyaringan. Penyaringan informasi ini sangat penting lho,
mengingat yang ada di dunia ini ditempati tidak hanya oleh kaum dewasa, tapi
juga kaum anak-anak. Mereka, anak-anak itu, belum bisa memahami informasi
secara utuh, dan jadilah hal-hal yang tidak diinginkan.
Back to the
topic. Blackberry jadi fenomena tersendiri bagi dunia, khususnya Indonesia.
Gadget satu ini benar2 merubah tren teknologi informasi. Dari yang dulunya
handphone merk nokia, sony ericcson dan lain-lain, sekarang mulai ditinggalkan.
Tapi, saya tidak termasuk nampaknya. Saya tetap bertahan tuh dengan handphone
saya yang merknya nokia dan sony ericcson. Bukan karena ga ngikutin tren.. tapi
kebutuhan. Nampaknya, orang-orang sedikit mengesampingkan “kebutuhan”, dan
lebih memilih mengikuti tren agar tidak dibilang ketinggalan jaman. Tren, ada
kalanya baik, tapi ada kalanya buruk. Kalau kita ga bisa ngimbangi tren yang
ada, kita akan terus tergerus oleh tren itu, sedangkan kebutuhan kita belum
sampai yang muluk-muluk
Raksasa
“blackberry” benar-benar merubah budaya kita lho. Dari yang dulunya
mengandalkan sms atau telepon. Sekarang? BBM bo’... twitter for blackberry,
facebook for blackberry, and etc. Blackberry sih kalo ga ada aplikasi BBM dan
semacamnya itu, ya seperti handphone biasa kan?
Dalam komunitas
mahasiswa misalnya, saya merasakan sendiri gimana bergesernya pertukaran
informasi yang ada. Saya, yang selalu mengandalkan sms untuk mengirim
pengumuman dari organisasi, sekarang udah dianggep ketinggalan jaman lho.
Karena adanya bbm, sekarang pengumuman ga lagi lewat sms, tapi bbm lho guys.
Hebat kan? Haha, alay.
Tidak ubahnya
seperti sosial media seperti facebook dan semacamnya, bbm pun punya fungsi
seperti itu. Kita bisa mengirim pesan, foto, suara, dan berbagi status di bbm
kita. Kita? Lo aja kali, gue enggak... (haha..:p)
Tentu saja,
hubungan pertemanan sekarang lebih gaul dan keren kalo nanya, “Pinmu berapa? Aku
add ntar...”. Beda banget kan kalo gini, “Nomer hapemu berapa? Nanti aku
miscall (kalo ada pulsa)..”. Bandingkan coba? Keren yang nanya pin bb kan?
Suatu hubungan
relationship pun juga sekarang makin mudah saling berkomunikasi, kalo keduanya
sama-sama memakai blackberry (oke, nama gaulnya BB, eh bb). Yang LDR terutama,
pasti ngerasain banget manfaat dari aplikasi ini. Tapi oh tapiiii...ada
negatifnya juga lho dari aplikasi ini, coba rasain, kita ga tau kan, siapa saja
yang ada di kontak pasangan, dan siapa saja kan yang lagi bbm sama dia? Karena
kita ga punya indera ke-6 :P. Dari situlah muncul berbagai konflik deh dari
bbm. Tapi, tergantung relationshipnya juga sih, kalo sama2 udah percaya dan
bisa saling dewasa, pasti ga akan muncul konflik yang bersumber dari bbm.
Hahaha..anyway,
sekian dulu aja tulisan kali ini. Tulisan di atas tidak bermaksud menyudutkan
suatu kaum, kelompok tertentu atau individu tertentu. Namun, saya hanya
menyampaikan opini yang berdasarkan sudut pandang saya. Ga bermaksud provokatif
atau memicu konflik, siapa tahu juga kalau suatu saat nanti saya berubah
pikiran, saya ingin ganti bb atau android
atau nanti muncul teknologi yang lebih canggih lagi. Who knows?
Sekian.
Komentar