Bulan ini saya udah 2 kali nonton film di Cineplex 21. Dua film yang saya tonton itu judulnya Perahu Kertas dan Rayya, cahaya di atas cahaya. Dua film itu genre drama, tapi punya alur yang berbeda, namun sama-sama kuat.
Perahu Kertas ini dibintangi Maudy Ayunda, aktris cantik favorit saya. Hehe
Dia berperan jadi Kugy, cerita tentang kisahnya yang punya khayalan setinggi langit, berimajinasi layaknya dia agen Neptunus, dan kuliah di Sastra. Saya sedikit bercermin, karena dulu saya juga punya imajinasi setinggi itu, tapi sekarang menjadi orang yang realis, ya perubahan itu bagian dari hidup. Kugy berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, skripsinya judulnya tentang dongeng yang dianalisis menggunakan psikoanalisis. Keren bangggetttttt!
Akhir cerita saya menebak Kugy nanti jadi sama Keenan. Tapi ternyata, enggak! Kugy jadian sama Remi, pimpinannya di perusahaan dia bekerja, dan Keenan jadian sama gadis Bali yang sayang banget sama dia. Arrgghh..! Tapi mereka akhirnya bertemu di pernikahan sahabat lama mereka, ini bagian paling kocak, karena sahabatnya ini salah ngucap ijab kabul sampe akhirnya di kesempatan ke-3, dia berhasil dan mereka SAH! menjadi suami istri.
Cerita Perahu Kertas tamat sampai sini, tapi masih dilanjutkan di Perahu Kertas 2. Kapan ya diputer? Yang jelas, harus nonton!
Rayya, Cahaya di atas Cahaya. Film ini dibintangi Titi Sjuman. Aktingnya cakep, meskipun sebenarnya saya kurang sreg kalau yang jadi Rayya ini mbak Titi Sjuman (maaf mbak..). Saya lebih sreg kalau Dian Sastro yang jadi Rayya. tapi beneran deh ini film tergolong film mikir. Titi yang dipasangkan dengan Tio Pakusadewo ini chemistrynya lumayan dapet.. Ada bagian lucunya waktu Christine Hakim yang berperan jadi orang tua yang agak tuli ini lagi ngomong Jawa, lucu sih.. Dari film ini saya dapet pelajaran, bahwa apa yang selama ini kita inginkan, menjadi orang yang hebat, ternyata ga selamanya enak. Seperti Rayya ini, dia sebenarnya ga mengalami kesenangan dalam hidupnya, dia tidak menikmati hidupnya, apalagi saat ditinggal sama kekasihnya yang ternyata udah menikah. What the coba? Betapa remuk redam hati Rayya. Akhirnya dia mengalihkan diri ke pekerjaannya, pemotretan keliling Jawa hingga sampai di Bali dia akhirnya memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Dramatis, tapi ya inilah hidup.
Dari keseluruhan film ini, saya terkesan dengan pemilihan scene pengambilan gambarnya, pemandangannya keren bangettt...apalagi ditambah bajunya Rayya yang bagus-bagus, colorfull dan pastinya mahal. Untuk fenomena sosialnya juga mengena banget, banyak kejadian-kejadian di sekitar kita yang mungkin bisa kita dapat dengan uang, ternyata enggak sama sekali. Itu yang bisa dipetik dari film ini. Sukses terus untuk perfilman Indonesia!
Keenan dan Kugy, so sweet mereka.. >,<
Dia berperan jadi Kugy, cerita tentang kisahnya yang punya khayalan setinggi langit, berimajinasi layaknya dia agen Neptunus, dan kuliah di Sastra. Saya sedikit bercermin, karena dulu saya juga punya imajinasi setinggi itu, tapi sekarang menjadi orang yang realis, ya perubahan itu bagian dari hidup. Kugy berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, skripsinya judulnya tentang dongeng yang dianalisis menggunakan psikoanalisis. Keren bangggetttttt!
Akhir cerita saya menebak Kugy nanti jadi sama Keenan. Tapi ternyata, enggak! Kugy jadian sama Remi, pimpinannya di perusahaan dia bekerja, dan Keenan jadian sama gadis Bali yang sayang banget sama dia. Arrgghh..! Tapi mereka akhirnya bertemu di pernikahan sahabat lama mereka, ini bagian paling kocak, karena sahabatnya ini salah ngucap ijab kabul sampe akhirnya di kesempatan ke-3, dia berhasil dan mereka SAH! menjadi suami istri.
Cerita Perahu Kertas tamat sampai sini, tapi masih dilanjutkan di Perahu Kertas 2. Kapan ya diputer? Yang jelas, harus nonton!
Dari keseluruhan film ini, saya terkesan dengan pemilihan scene pengambilan gambarnya, pemandangannya keren bangettt...apalagi ditambah bajunya Rayya yang bagus-bagus, colorfull dan pastinya mahal. Untuk fenomena sosialnya juga mengena banget, banyak kejadian-kejadian di sekitar kita yang mungkin bisa kita dapat dengan uang, ternyata enggak sama sekali. Itu yang bisa dipetik dari film ini. Sukses terus untuk perfilman Indonesia!
Komentar