Satu alasan kuat mengapa hingga sekarang saya masih cinta dan semakin cinta dengan ilmu yang saya pelajari, yaitu ilmu ini sangat applicable di kehidupan sehari-hari. Saya nggak tahu kalau misalnya dulu nggak ambil jurusan ini, saya mau jadi apa (lebay :p).
Selain harus menempuh kuliah keprofesian, kami juga menempuh kuliah kemagisteran yang isinya sebagi besar mengenai penelitian dan dasar-dasar keilmuan psikologi. Mulai dari statistik tingkat lanjut yaitu Analisis Multivariat, kemudian Penyusunan Alat Ukur Psikologi, lanjutan dari Konstruksi Alat Ukur jaman S1, dan 2 metode penelitian yang advanced yaitu Kuasi Eksperimen dan Metode Penelitian Kualitatif.
Bukan, saya bukan mau kuliah 3 sks dan menjelaskan tentang kuliah tersebut disini, karena pasti pembacanya berasal dari latar belakang yang beraneka ragam dan ga semuanya paham dengan penjelasan saya. Saya hanya ingin cerita sedikit tentang perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif kemarin. Saya benar-benar beruntung bisa dapat Dosen keren dan hebat yang jadi pakar psikologi di Indonesia, bertemu langsung dengan beliau di kelas, seperti Prof Faturrohman, Prof Saifuddin Azwar, Pak Subandi PhD, dan Pak Rahmat Hidayat PhD.
Pak Subandi adalah dosen pengampu metpen kualitatif, kami diminta buat suatu mini riset yang metodenya kualitatif dan bahannya berasal dari jurnal-jurnal internasional minimal 5. Jurnal tersebut direview dan dipresentasikan satu per satu di depan kelas. Kebetulan kemarin ada salah satu teman yang mengambil tema tentang "Romantic Love", wuiii hot banget ya topiknya. Tentu semuanya pada seneng karena jarang-jarang ada topik ginian di bidang Klinis kan?
Jadi intinya ia presentasi mengenai bagaimana proses romantic love dari pasangan yang sudah menikah, apakah mereka mengalami fase "jatuh cinta" ataukah "bangun cinta"?
Disinilah letak perbedaannya, proses bagaimana seseorang dikatakan bisa mencintai pasangannya. Proses jatuh cinta diawali dengan pertemuan sebelum pernikahan, kemudian pendekatan, dan akhirnya berujung pada pernikahan, jadi sudah ada proses mengenal satu sama lain sebelum pernikahan. Sedangkan proses "bangun cinta", dimulai setelah pasangan menikah. Jadi mereka bertemu sebelum pernikahan, mungkin sudah lama kenal tetapi ketika yakin bahwa individu itu adalah cinta sejatinya, tidak lama berselang mereka pun menikah dan berproses untuk saling mencintai setelah menikah.
Dosen saya langsung bertanya kepada kami sekelas, lebih pilih mana antara ke-2 proses tadi? Dan secara terang-terangan beliau pun memilih, "Kalo saya lebih milih bangun cinta, ngapain jatuh cinta, kan sakit..." Hahaha.... bapak Dosen ini ya... jadi beliau ini dulunya dengan sang istri tidak melalui fase jatuh cinta dan pacaran, mereka membangun cinta setelah pernikahan dan ini ternyata menurut penelitian lebih memperkuat ikatan emosi dan kebahagiaan yang bermuara pada kepuasan akan pernikahan. Nah, siapa kan yang nggak ingin pernikahannya bahagia. Jadi, mana yang mau anda pilih untuk menjadi bahagia?
Komentar