Bukit Bintang



Salah satu hal yang menjadi kesenangan manusia adalah jalan-jalan, menikmati tempat baru yang belum pernah dikunjungi. Sebagai makhluk yang diberi kelebihan berupa alat gerak, memang sebaiknya dimanfaatkan dan digunakan sebaik-baiknya, bukan begitu?

Kali ini saya akan membahas tentang sebuah tempat menarik di Yogyakarta, tepatnya di daerah Wonosari, Gunungkidul. Memang bukan di tengah kota, letaknya di bukit Pathuk yang menjadi jalan dari Yogyakarta ke Wonosari. Jika tempat berangkatnya dari UGM, ambil jalan ke arah ringroad timur bisa lewat Jalan Solo kemudian lewat jembatan Janti, tapi kalau mau lewat tengah kota juga bisa. Kemudian ada perempatan di ringroad timur setelah blok O, yaitu perempatan ke arah timur lagi setelah Nasmoco, yaitu ke arah Kids World. Dari sana ambil jalan lurus aja.

Perjalanan yang paling asik ditempuh memang pada saat sore hari, karena suasana matahari terbenam waktu nyampe sana sangat indah. Meskipun belum pernah lihat langsung sih... Sewaktu saya berniat kesana, jam menunjukkan waktu 18.15. Setelah sholat maghrib berangkatlah kesana. Suhu di Yogya lagi panas banget, jadi waktu di perjalanan sebelum memasuki daerah Wonosari ga kerasa dingin. Barulah ketika memasuki daerah Wonosari kerasa dinginnya, karena udah masuk pegunungan itu kali ya. Selama di perjalanan pun jalannya nggak yang ramai-ramai banget, relatif ramai lancar. Tapi jangan ditanya, yang lewat disana kebanyakan truk-truk besar. Kalau diterusin setelah Bukit Pathuk, sampailah pada daerah Wonosari yang bagian “kota”, kemudian Gunungkidul yang menjadi jujugan wisatawan akhir-akhir ini. Kenapa? Karena banyak sekali tujuan wisata seperti cave tubing, body rafting, pantai, hingga gunung yang sangat eksotis dan sayang jika dilewatkan. Meskipun sebenernya saya belum pernah sekalipun ke salah satu di antara tempat wisata tersebut, hanya lihat di tayangan TV atau dipamerin foto teman. 

Perjalanan dari Yogya ke daerah Wonosari ditempuh sekitar 50 menit. Hati-hati dengan medannya ya, berliku-liku dan lampunya kurang begitu terang, serta banyak truk-truk yang berjalan lambat sehingga harus ekstra sabar. Kalau yang pernah tinggal di Malang, ini semacam jalan di daerah Pujon, Batu. Lihat saja ke sebelah kanan, jika sudah banyak restoran, warung-warung dan tempat peristirahatan sementara nah di situlah Bukit Bintang. Mengapa dinamakan Bukit Bintang? Karena ini nih.......

sumber: 
www.google.com

Dari ketinggian inilah kita bisa melihat kota Yogya yang sangat indah di malam hari. Gemerlap lampu kota yang berkelap kelip membuat hati serasa tenang dan damai. Angin malam yang sejuk disertai minuman dan makanan hangat sangat pas untuk melepas penat sejenak. Saya sendiri terkesima dengan pemandangan di depan saya. Masya Allah.... bagussssss banget... nggak nyesel jauh-jauh menempuh perjalanan meskipun punggung kesel, tapi pemandangan yang disuguhkan sangat indah.
Menurut teman saya, jika dibandingkan dengan Bukit Paralayang yang ada di Batu, Bukit Bintang ini lebih bagus karena lampu-lampu yang ada di “bawah” kita lebih luas, dibandingkan di Bukit Paralayang yang relatif lebih kecil. Namun bedanya di Bukit Paralayang kita bisa ada di atas bukit dan selonjoran di tanah, sedangkan di Bukit Bintang selonjorannya di warung makan karena nggak ada tanah datar disitu. Meskipun begitu, tetap mengesankan. Layaknya tempat wisata yang berhawa dingin pada umumnya, menu yang disajikan paling banyak ialah jagung bakar dan minuman panas untuk menghangatkan badan. Asik banget lah untuk nyari inspirasi nih!
Tempat ini pas sekali dikunjungi bersama dengan orang-orang terkasih seperti keluarga, teman-teman dan pasangan asalkan nggak hujan lho ya, karena kalau hujan pastinya suhunya lebih dingin dan warung-warungnya yang tidak memiliki dinding tertutup ini bisa ditembus oleh hujan.
So, silahkan datang ke Bukit Bintang!


Komentar